Singgih Kartono Gerakkan Desa lewat Desain Sepeda Bambu

Yakin Bisa Ikuti Wooden Radio yang Mendunia

Singgih Kartono Gerakkan Desa lewat Desain Sepeda Bambu
Singgih Kartono memamerkan sepeda bambu kreasinya di Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah. Foto: Dian Wahyudi/Jawa Pos

Bukti bahwa karya itu telah menjadi kelas dunia lainnya, saat kita men-searching kata kunci wooden radio di mesin pencari Google, Magno tampil di barisan teratas. Radio kayu hasil desain Singgih tersebut memang lebih banyak dipasarkan lewat online dengan menyasar pasar luar negeri.

Dengan karyawan sekitar 30 warga desanya, hingga saat ini pesanan radio kayu masih terus mengalir. Tiap tahun nilai ekspor radio kayu Singgih rata-rata mencapai 180 ribu dolar Amerika Serikat (Rp 2,3 miliar). ”Tapi, itu tadi, Magno masih belum bisa menjawab sepenuhnya kegusaran saya tentang desa,” ujar Singgih kembali.

Perjalanan hidup Singgih berikutnyalah yang kemudian mengantarkan suami Tri Wahyuni tersebut bersemangat untuk mendesain, memproduksi, lalu mengembangkan sepeda bambu hingga saat ini. Pada 2013 Singgih sempat sakit lumayan parah karena kadar kolesterol di tubuhnya yang tinggi. Untuk menurunkannya, dia kemudian rajin berolahraga. Salah satunya dengan bersepeda mengelilingi pelosok desa di sekitar rumah. 

Dari situlah keprihatinannya terhadap kondisi desa makin menjadi-jadi. ”Intinya, di benak saya, ini kok makin mengerikan ya,” katanya.

Dalam banyak hal, menurut Singgih, desa jadi tidak mampu menyelesaikan persoalannya yang memang semakin pelik. Dia mencontohkan fakta tentang degradasi lahan pertanian yang ujungnya mengganggu ekonomi keluarga petani. Di sejumlah tempat yang ditemuinya saat bersepeda, solusi yang diambil masyarakat desa justru jalan keluar instan.

”Jadi, bukan lagi menjual produk yang dihasilkan dari tanah, tapi menjual tanah itu sendiri. Minimal menjualnya jadi material batu bata,” bebernya.

Atas berbagai persoalan yang ditemuinya tersebut, Singgih akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa saat ini desa memiliki masalah karena kehilangan para pemikir. Orang-orang yang berpendidikan memilih tinggal di kota. Maka, yang tersisa adalah mereka yang berpendidikan rendah dan orang-orang tua. 

Dari situlah Singgih berpikir untuk mendesain dan mengembangkan sepeda bambu. Di satu sisi, dia yakin produk tersebut akan memiliki nilai bisnis yang tinggi. Selain standar kualitas yang baik, bahannya sangat mudah didapat dan melimpah.

Sukses dengan wooden radio (radio kayu), Singgih Kartono kembali melahirkan karya inovatif berbahan bambu: sepeda bambu. Dengan sepeda itu, pria

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News