Sinuhun Breksi

Oleh: Dahlan Iskan

Sinuhun Breksi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Tebing Breksi itu saya dan 122 anggota sport dance berolahraga. Riang gembira. Sejak pukul 06.00. Di udara pagi yang sejuk. Di balik tebing batu yang masif. Di pelataran teater terbuka yang serbabatu. Panggungnya batu. Backdrop-nya batu. Tower kanan-kirinya batu. Tempat duduk melingkarnya batu.

Baca Juga:

Kami pun menyebar. Sebagian besar di pelataran. Para pelatih, 20 orang, di panggung. Sebagian lagi di tempat duduk melengkung. Satu orang di atas tower kiri. Satu lagi di atas tower kanan. Kalau saja kami membawa drone akan bisa membuat video yang dramatis.

Masih ada spot lain yang lebih menarik untuk dinikmati. Juga untuk spot foto. Bukit di balik bukit tempat senam ini. Bukit batunya sudah dibentuk sebagai objek wisata.

Inilah tempat wisata alam yang menjadi lebih bagus oleh campur tangan manusia. Idenya mungkin dari rekayasa bukit di Bali yang menjadi kawasan Garuda Wisnu Kencana.

Untunglah ada temuan ilmiah: bukit batu di Desa Sambirejo itu ternyata bukan sembarang batu. Itu batu yang terbentuk dari lahar kuno. Harus dilindungi. Jadi perhatian dunia.

Di zaman prasejarah ternyata ada gunung berapi di sekitar Sambirejo. Meletus. Memuntahkan lahar. Sekian juta tahun kemudian jadi batu Breccia.

Saya naik ke tower sebelah kiri panggung. Ikut ber-sport dance di puncaknya. Terlihat kota Yogyakarta di bawah sana. Terlihat pula Candi Prambanan di sebelah utara.

Perhatian saya juga tertarik pada seonggok batu di puncak tower ini. Saya heran: mengapa ada satu bongkah batu di situ.

SABTU-MINGGU: dua hari yang istimewa. Sabtu senam di Candi Prambanan, Minggu kemarin di Tebing Breksi. Saya tidak menyangka Breksi sebagus ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News