Sirna Rasa

Oleh: Dahlan Iskan

Sirna Rasa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - RUTE Safari Ramadan berikutnya: Sirna Rasa. Di utara Tasikmalaya. Masuk wilayah Ciamis Utara. Tidak jauh dari danau Panjalu yang dikeramatkan itu. Akan tetapi saya harus ke arah selatan dulu: ke Pangandaran.

Dulu saya sering ke Pangandaran: ketika pantai itu masih menjadi bagian dari Kabupaten Ciamis. Tegangan listriknya terlalu buruk di sini. Jauh dari gardu induk mana pun. Tidak separah wilayah Malingping di Banten Selatan, tapi harus diatasi.

Sejak itu saya terus terpikir: alangkah sulitnya mengurus Pangandaran. Dari Tasikmalaya saja masih 2,5 jam. Dari Purwokerto 2,5 jam. Dari Cirebon 5 jam, apalagi dari Bandung dan Jakarta.

Baca Juga:

Padahal, kalau saja ada uang, alangkah hebatnya Pangandaran. Bu Susi Pudjiastuti saja berkantor pusat di sini. Sejak jauh sebelum jadi menteri Kelautan dan Perikanan. Inilah satu-satunya perusahaan penerbangan yang berkantor pusat di ibu kota kecamatan –kini ibu kota kabupaten Pangandaran.

Ketika uang tidak ada pun sebenarnya masih ada harapan. Asal ada kemauan. Banyuwangi contohnya. Gunung Kidul contoh yang lebih dramatis.

Pun setelah Pangandaran jadi kabupaten terpisah dari Ciamis. Belum terlihat kemajuan yang nyata. Tanpa kemauan rasanya hanya jalan tol jalur selatan Jawa yang akan membuat Pangandaran hidup sendiri.

Baca Juga:

Di situ sudah ada bandara kecil: Nusa Wiru. Tapi tidak ada penerbangan berjadwal. Tentu juga ada bandara rumput milik Bu Susi yang khusus untuk Susi Air pulang kandang.

Di Pangandaran kali ini saya naik ke atas sebuah bukit terjal. Di pinggir laut. Teman-teman mengingatkan: jangan memilih jalan pintas begitu. Tidak ada jalan. Pun yang setapak. Kan ada jalan memutar. Menanjak tetapi ada jalannya, meski rusak berat.

RUTE Safari Ramadan berikutnya: Sirna Rasa. Di utara Tasikmalaya. Masuk wilayah Ciamis Utara. Tidak jauh dari danau Panjalu yang dikeramatkan itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News