Soal Harga BBM, Kang Ujang: Wajar jika Rakyat Mengkritik

Soal Harga BBM, Kang Ujang: Wajar jika Rakyat Mengkritik
Pengamat politik Ujang Komarudin. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin meyakini kritikan terkait sikap pemerintah yang tidak kunjung menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), murni suara hati rakyat.

Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini menilai masyarakat saat ini sudah cerdas. Apalagi informasi kebijakan dari berbagai negara di dunia dapat dengan mudah diketahui.

"Jadi, kritikan itu saya kira murni suara rakyat. Saya kira rakyat saat ini sudah cerdas untuk menilai, rakyat tidak bisa dibohongi lagi," ujar Ujang kepada jpnn.com, Selasa (12/5).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini lebih lanjut mengatakan, suara rakyat kemudian ditangkap oleh kalangan prodemokrasi.

Merekalah yang kemudian bersuara lantang mengkritik pemerintah yang tak kunjung menurunkan harga BBM.

"Itu sejak Jokowi menjadi presiden di 2014 lalu. Harga minyak kan mengikuti harga pasar dunia. Ketika harga minyak dunia naik, pemerintah akan menaikkan harga BBM. Namun ketika harga minyak dunia turun, seharusnya BBM di Indonesia juga turun," katanya.

Menurut Kang Ujang, kondisi yang terjadi ternyata tidak demikian. Ketika harga minyak dunia turun, pemerintah malah terkesan tidak merespons dengan menurunkan harga BBM untuk rakyat.

"Karena itu, wajar jika rakyat mengkritik. Wajar jika rakyat protes. Wajar jika rakyat hanya mengelus dada," katanya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut sejumlah alasan mengapa harga BBM tidak turun, meski harga minyak dunia turun. Antara lain, harga minyak dunia diperkirakan akan kembali naik akhir tahun mendatang.

Alasan lain, harga minyak mentah dunia juga disebut tak juga stabil. Kemudian harga BBM di dalam negeri disebut sudah lebih dulu turun pada Januari lalu.

Arifin mencontohkan selama Januari-Februari 2020, Indonesia masuk tiga negara dengan harga bensin terendah di Asean setelah Malaysia dan Myanmar.

Arifin mengakui pada berbagai negara sudah menurunkan harga BBM pada April lalu. Namun, posisi harga BBM di Indonesia menurutnya masih keempat terendah di Asean.(gir/jpnn) 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini lebih lanjut mengatakan, suara rakyat kemudian ditangkap oleh kalangan prodemokrasi.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News