Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)

Harus Berkali-kali Tes, Sekali Tes Rp 200 Juta

Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Ada yang sangat yakin, solar hijau bisa menjadi bahan bakar alternatif yang lebih memiliki nilai ekonomis. Tapi, ada juga yang masih meragukan.  Enam tahun melakukan penelitian, bagi Dr Ir M. Hafnan MEng bukanlah waktu lama. ”Di Jepang, orang yang menemukan karburator mesin mini, butuh waktu meneliti hingga 20 tahun,” kata pria 48 tahun yang sempat tinggal di Jepang bersama keluarga selama 10 tahun ini.

”Karena itu, kalau saya meneliti hanya enam tahun, itu tidak ada apa-apanya,” ujar bapak tiga anak yang mendalami combustion engine (motor bakar) di Ritsumeikan University Kyoto, Jepang itu.

Bagi Hafnan, yang menjadi kendala dalam melakukan penelitian bukanlah soal waktu, tapi lebih pada soal dana. Itu karena sebelum akhirnya menemukan formula solar hijau, Hafnan harus melakukan beberapa kali tes. ”Untuk diuji di laboratorium, biayanya mahal,” katanya. Hafnan lantas mencontohkan, untuk menguji performance formulanya di PLN selama satu bulan, butuh anggaran antara Rp 100 juta – Rp 200 juta. ”Itu baru satu kali tes. Padahal, temuan saya harus berkali-kali dites,” lanjutnya. Beruntung, beberapa pihak bersedia mendanai penelitian Hafnan. ”Di antara yang membantu saya adalah Pak Slamet Wahyudi dari Gresik,” tuturnya.

Selain terbentur soal anggaran, mencari objek yang mau menjadi ajang uji coba juga tidak mudah. ”Rata-rata mereka beralasan takut mesinnya rusak kalau dijadikan uji coba,” ujarnya.

 

Ada yang sangat yakin, solar hijau bisa menjadi bahan bakar alternatif yang lebih memiliki nilai ekonomis. Tapi, ada juga yang masih meragukan. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News