Solar Langka, Angkutan Umum Lumpuh

Solar Langka, Angkutan Umum Lumpuh
Solar Langka, Angkutan Umum Lumpuh
Salah satu sopir bus Prayoga jurusan Jogjakarta-Purwokerto, Etenadi mengatakan, pernah kata dia, dari Jogja sampai Purwokerto dia mendapat solar di Kebumen. Sekalinya mendapatkan solar, tambah dia, hanya dijatah Rp 200 ribu. Padahal, kebutuhan solar sekali jalan adalah Rp 350 ribu.

Akibat susah solar, kondektur bus Mulyo, Alek Wijaya juga kebingungan. Kadang, kata dia, bus terus berputar-putar untuk mencari solar. "Ketika berangkat maka bisa berangkat. Namun, saat kembali  bingung untuk mengisi solar lagi," kata Alek sambil menambahkan akibat lain, adalah keterlambatan jadwal karena harus mencari solar.

Sementara, dari Banjarnegara dilaporkan, Sarwono, seorang pembajak dengan traktor mengatakan lebih enak sebelum pembelian solar belum dibatasi. "Kalau dulu waktu masih dijual eceran, tidak perlu jauh-jauh untuk membeli solar," katanya. Namun setelah dibatasi, ia harus membeli solar di SPBU. "Itu juga harus pakai surat rekomendasi," kata dia.

Nurhisam, seorang perajin tahu mengaku takut kalau harga kedelai menjadi naik bila solar dibatasi atau sulit diperoleh. Bila solar sulit diperoleh dikhawatirkan akan meningkatkan biaya distribusi.  "Sekarang per kilogram untuk kedelai yang untuk tahu Rp 7.600," katanya. Ia mengatakan sebelumnya harga kedelai lebih tinggi antara Rp 7.700 hingga Rp 7.800 per kilogramnya.

PURWOKERTO- Kelangkaan solar bersubsidi di SPBU masih saja terus berlangsung. Tak ayal, supir-supir angkutan, mulai dari bus, angkot dan truk kelimpungan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News