Sori, GMNI Memang Bukan PKI

Sori, GMNI Memang Bukan PKI
Kesepakatan perdamaian di Cikini. Foto: GMNI

Di sisi lain, Basarah mengatakan, tidak ada alasan bagi pihaknya untuk tak mengampuni Abraham yang sudah meminta maaf.

Apalagi, Abraham juga menyadari kekeliruan tulisannya yang sudah viral di media sosial.

Bagi GMNI, hal itu menjadi semacam asbabul nuzul atau momentum awal untuk meluruskan sejarah yang sebenarnya mengenai GMNI.

Mulai kelahiran hingga pada era Orde Baru yang mengalami politik desoekarnoisasi.

"Penyelesaian di luar jalur hukum yang ditempuh dalam masalah ini menunjukkan bahwa kami semua masih memegang teguh apa yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Hari ini kami mengeimplementasikan Trisakti yang ketiga, yaitu kepribadian yang berbudaya Indonesia," kata Basarah.

Dia menambahkan, menyelesaikan permasalahan yang melibatkan anak bangsa memang tidak harus melalui penegakan hukum atau saling hujat.

"Terlebih, situasi sekarang ini adanya perbedaan atau perselisihan dari anak-anak bangsa rawan diperkeruh oleh pihak-pihak yang memang ingin mengadu domba antara golongan Islam dan nasionalis," ungkapnya.

Dalam kesempatan sama, Mahfud mengatakan, perdamaian itu menjadi penjelasan kepada publik bahwa HMI dan GMNI sama-sama pendukung Pancasila sebagai dasar negara.

Polemik antara alumnus kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Abraham Lagaligo dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berakhir dengan perdamaian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News