'Sosok Islami' Diperebutkan Jelang Pilpres 2019

'Sosok Islami' Diperebutkan Jelang Pilpres 2019
'Sosok Islami' Diperebutkan Jelang Pilpres 2019

"Menurut saya yang bisa mengalahkan Joko Widodo hanyalah isu populisme yang mengarah pada isu agama dan sebagainya, karena untuk menyerang prestasi Jokowi lewat pembangunan infrastruktur sulit bagi calon lain.," tambah Muradi.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Pusat Penelitian untuk Studi Kepresidenan dari Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad. Menurutnya, tokoh dari kalangan Muslim masih digunakan sebagai alat politik untuk memenangkan kekuasaan.

"Narasi Islam populis masih dimunculkan, bahkan Anda lihat sekarang ada aktor populis Ustad Abdul Somad, pendakwah yang akrab dengan umat," jelas Nyarwi Ahmad yang juga dosen komunikasi politik di UGM.

'Sosok Islami' Diperebutkan Jelang Pilpres 2019 Photo: Kelompok 212 sebagai wujudu protes terhadap kepemimpinan Joko Widodo dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan ulama tertentu. (AP: Achmad Ibrahim)

"Tidak ingin negara Islam, tapi ganti pemimpin"

Kelompok 212 pada awalnya dibentuk untuk 'aksi bela Islam' menanggapi pernyataan Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap sebagian umat Muslim sebagai penistaan terhadap agama.

Tapi kini kelompok tersebut juga terlibat dalam perpolitikan, karena politik dianggap sebagai "bagian dari ranah 212 untuk mengatasi permasalahan umat", seperti yang dikatakan Ustadz Bernard Abdul Jabbar, Sekretaris Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212).

"Karena politik Indonesia perlu pembenahan dan kita perlu berperan aktif membangun negeri ini, maka kita pun ikut meramaikan dan mendorong agar partai-partai koalisi memilih dan mengangkat Prabowo sebagai presiden," ujar Ustadz Bernard saat dihubungi ABC Melbourne.

Ia mengaku Prabowo adalah sosok yang memiliki pandangan sama dengan PA 212, karena sama-sama ingin adanya perbaikan dan "selalu membela hak-hak umat Islam".

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News