Soto dan Sate Padang Dulu sebelum Membalap di Tour de Singkarak

Soto dan Sate Padang Dulu sebelum Membalap di Tour de Singkarak
Soto dan Sate Padang Dulu sebelum Membalap di Tour de Singkarak

Lantas mengapa memilih sate dan soto? Jawabannya simpel. Selain kaya bumbu serta cita rasa yang mengena di lidah, dua kuliner itu telah masuk daftar 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI).

Dua-duanya juga bisa dinikmati di segala suasana, mulai sarapan, makan siang sampai makan malam. Dua-duanya mudah dibuat, mudah dimasak, siapa saja bisa asal mau. Sehingga kalau mau dikembangkan ke luar negeri, soto itu bisa menyaingi tom yam di restoran-restoran Thailand.

Data 60 persen pengembangan pariwisata Indonesia bertumpu pada wisata budaya, seperti heritage, wisata kuliner dan belanjar. Sedangkan 35 persen dikembangkan dalam produk nature atau alam seperti wisata bahari, wisata ekologi dan wisata petualang.

Lima persen lagi bertumpu dalam produk wisata man made meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE), event olahraga atau sport tourism.

"Kami all out menyiapkan yang terbaik. Lima tahun ke depan, pariwisata harus tumbuh dua kali lipat. Konstribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional harus tumbuh menjadi delapan persen, devisa pariwisata Rp 280 triliun, serta menciptakan 13 juta lapangan kerja," urai Raseno.(adv/jpnn)


PADANG – Penyelenggara Tour de Singkarak (TdS) 2016 cukup pintar memopulerkan masakan khas nusantara. Pada 3-4 Agustus atau jelang even TdS


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News