Sri Mulyani Beberkan Risiko Serius Pembengkakan Subsidi BBM

Sri Mulyani Beberkan Risiko Serius Pembengkakan Subsidi BBM
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan jika pemerintah tidak menambah anggaran subsidi BBM maka akan menjadi beban anggaran di 2023. Foto: Ricardo/JPNN.com

Lebih lanjut, Sri Mulyani memperhitungkan tambahan penerimaan negara dalam Perpres 98/2022 sebesar Rp 420 triliun pada tahun ini hanya digunakan untuk menambah anggaran subsidi energi saja.

“Penerimaan negara Rp 420 triliun akan dipakai semua untuk subsidi energi, Pertalite, Solar, LPG 3 kilogram, dan listrik. Itu tidak akan mencukupi seluruh windfall profit karena dipakai semua dan akan habis,” ungkapnya.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, volume penjualan Pertalite sudah mencapai 16,4 juta kiloliter dari kuota yang ditentukan pada tahun ini mencapai 23 juta sehingga secara hitung-hitungan stok Pertalite tersisa tinggal 6,6 juta kiloliter.

Selanjutnya, kuota Solar yang alokasikan volume kuotanya mencapai 15,1 juta kiloliter hingga Juli 2022 volume konsumsinya sudah terpakai 9,88 juta kiloliter dan kemungkinan besar stoknya akan habis pada Oktober 2022.

Kemudian, rata-rata konsumsi Pertalite dan Solar sekitar 2,4 juta-2,5 juta kiloliter per bulan.

Dengan demikian, total kuota Solar yang dibutuhkan mencapai 17,44 juta kiloliter dan Pertalite 29,07 juta kiloliter sampai akhir 2022. (mcr28/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan jika pemerintah tidak menambah anggaran subsidi BBM maka akan menjadi beban anggaran di 2023


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News