Stereo Adharta

Oleh: Dahlan Iskan

Stereo Adharta
Adharta mengenang kerusuhan Mei 1998. Foto: Disway

Tepat setahun kemudian, 27 Juli 2021, Adharta kena Covid lagi. Masuk RS sampai 10 hari.

Itu bermula dari sakit gigi. Dua hari sebelumnya. Lalu ia ke dokter gigi. "Begitu keesokan harinya saya  mendengar dokter gigi itu kena Covid, ya sudah. Saya pasti kena lagi," katanya mengenang.

Yang ketiga, terjadi akhir Februari 2022. Tertular dari istrinya. Sang  istri tertular dari pembantu. Ia masuk RS lagi. 10 hari lagi. Kali ini kompak bersama istri. Baru kali itu sang Istri kena Covid.

"Saya sudah mengalami semua: Alpha, Delta, Omicron," katanya lantas tertawa.

Adharta tidak mengira kena Omicron bersama istri. Hari itu ia baru pulang dari Australia. Masuk karantina 10 hari. Di Hotel Mulia. Aman.

Justru ia mendengar anaknya yang di Australia yang terkena Covid. Sekeluarga.

Adharta memang punya rumah di Australia. Di Melbourne. Sudah lebih 2 tahun ia tidak melihat rumahnya itu.

Setelah Covid reda, Adharta punya dua persoalan. Pertama, apa yang harus dilakukan KILL Covid yang begitu besar. Saya pun mengusulkan untuk menangani akibat long Covid. Adharta setuju.

Hari itu Jakarta membara. Kerusuhan Mei 1998, pembakaran terjadi di mana-mana. Anda sudah tahu: korbannya warga keturunan Tionghoa. Juga aset mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News