Strategi 3A: Airlines, Airports dan Authorities

Strategi 3A: Airlines, Airports dan Authorities
Strategi 3A: Airlines, Airports dan Authorities

Di sini Kemenhub tugasnya mempermudah ijin dan memberikan insentif airport charge. Kemenpar memberikan insentif per pax, misalnya maskapai penerbangan membawa 1 wisman dikasih marketing fee USD 10. Bisa juga extra marketing support dipromosikan dari Chengdu ke Bali dan Jakarta. AP 1 dan AP 2 memberikan insentif airport charge, apalagi kalau nature pendapatan penerbangan mengikuti pola S-curve, harusnya menagihnya jangan di awal operasi. Air navigation memrioritaskan alokasi slot untuk rute baru.

Lalu bagaimana solusi untuk Airports?
Di sini kita melakukan pendekatan dan kerjasama baik dengan Angkasa Pura maupun AirNav Indonensia. Setelah kita petakan kondisi bandara-bandara kita, gambarannya seperti terlihat pada gambar di bawah.

Dari matriks tersebut terlihat bahwa ternyata kita hanya punya tiga bandara yang memiliki sisa slot cukup besar yaitu Solo, Batam, dan Lombok. Bandara-bandara paling sibuk seperti Denpasar, Cengkareng, Yogyakarta, dan sebentar lagi Surabaya sudah tidak ada sisa slot.

Bagaimana strategi memanfaatkan kapasitas ini? Sederhananya, untuk mengeksekusi Q2 kita membutuhkan lebih banyak upaya marketing, promosi besar-besaran dengan memberikan banyak insentif. Sedangkan eksekusi Q3 lebih banyak membutuhkan koordinasi dengan kementerian dan lembaga (K/L) lain seperti Kemenhub, AP, dan AirNav untuk membebaskan slot yang masih bisa dipakai.

Jadi secara umum peningkatan kapasitas bandara memiliki tiga opsi. Pertama adalah opsi jangka pendek/segera, tanpa harus melakukan pembangunan fisik bandara. Caranya melalui penambahan slot dengan tambahan jam kerja bandara dari 12 jam menjadi 18 jam, regulasi dengan penyederhanaan perijinan, dan penataan IT dan SDM.

Contohnya Bandara Gatwick di London itu sama dengan bandara Denpasar, hanya punya 1 runaway. Namun karena sistem IT-nya canggih, Bandara Gatwick bisa menghasilkan 55 air traffic movement (ATM) per jam, sementara bandara Denpasar hanya 25. Cuma separuhnya, sayang sekali.

Kedua adalah opsi jangka penengah 1-2 tahun, yaitu pengembangan fisik bandara secara terbatas. Caranya dengan meningkatkan slot air segment dan slot ground segment. Yang pertama dilakukan oleh AirNav, dan yang kedua dilakukan oleh Angkasa Pura. Contohnya adalah pembangunan rapid taxy way.

Ketiga adalah opsi jangka panjang di atas 2 tahun, yaitu perluasan bandara dan pembangunan bandara baru.

JAKARTA – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memopulerkan rumus 3A untuk pengembangan destinasi pariwisata. Tiga ukuran untuk menilai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News