Super Semar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Super Semar
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Presiden Kedua Republik Indonesia Jenderal Besar TNI (purn) H.M Soeharto (1921-2008) mempunyai selera yang tidak biasa dalam mengidentifikasikan diri dengan tokoh wayang.

Biasanya, para pejabat mengidentifikasikan dirinya dengan para kesatria yang tampan, gagah perkasa, dan sakti mandraguna.

Namun, Pak Harto lebih suka mengindentifikasikan dirinya dengan tokoh punakawan dari kalangan rakyat jelata.

Tokoh wayang idola Pak Harto ialah Semar yang dikenal sebagai punakawan yang mengabdi kepada raja-raja Pandawa yang berjumlah lima orang, Puntadewa, Bisasena, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.

Punakawan adalah rakyat jelata yang mengabdikan hidupnya kepada para kesatria dan menjadi pelayan setia kemana pun para kestaria itu bertugas. Semar menjadi punakawan para kestaria Pandawa bersama tiga anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Empat sekawan punakawan Pandawa itu sangat setia kepada majikannya. Mereka semua digambarkan sebagai sosok dengan penampilan fisik yang ‘’nganeh-nganehi’’, yang tidak lazim dibanding manusia pada umumnya.

Semar bertubuh ekstra tambun dengan perut sangat buncit. Gareng si anak sulung badannya kurus kecil dan kakinya pincang. Petruk si anak nomor dua badannya kelewat tinggi dengan hidung panjang yang melebihi porsi normal. Bagong di bungsu bertubuh pendek gemuk dengan mata ekstra melotot yang menghabiskan porsi muka.

Kendati bentuk fisik tidak sempurna, tetapi tabiat para punakawan itu sangat setia dan jujur. Mereka menemani bendara mereka dalam suka dan duka. Dalam setiap episode apapun para punakawan itu selalu hadir mendampingi bendaranya.

Untuk mendapat legitimasi politik Pak Harto perlu tokoh idola Super Semar, yang memudahkannya untuk melakukan komunikasi politik kepada rakyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News