Surat Terbuka Untuk Suharso Monoarfa: Bersatu Bangun PPP, Partai Islam – Partai Modern

Oleh: Juliaman Saragih (Direktur Eksekutif NCBI)

Surat Terbuka Untuk Suharso Monoarfa: Bersatu Bangun PPP, Partai Islam – Partai Modern
Direktur Eksekutif NCBI Juliaman Saragih. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Dualisme atau pembelahan sempurna pada struktural PPP mulai tingkatan pusat hingga ke anak ranting telah membawa dampak buruk dalam pemilu 2019. Cermin buruk rupa PPP bisa dilihat pada perolehan kursi baik pada tingkat Provinsi maupun pada tingkat nasional.

Fakta pemilu 2014 yang lalu, PPP memperoleh 39 kursi atau sekitar 6 persen dari total kursi DPR RI. Namun pada pemilu tahun 2019, perolehan kursi PPP mengalami penurunan yang sangat signifikan yakni hanya memperoleh 19 kursi DPR RI atau sebesar 4,53 persen. Terjadi penurunan 20 kursi DPR RI. Nyaris saja partai ini tidak lolos ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold).

Terpuruknya posisi PPP dalam pemilu tidak terlepas dari dualisme PPP. Dampaknya adalah terjadi fragmentasi pengurus mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Inilah yang membuat posisi PPP semakin lemah secara elektoral.

Oleh karena situasinya makin sulit dan membutuhkan langkah konkret untuk menemukan kembali (reinventing) kejayaan PPP. Langkah yang diambil tentu mesti langkah yang setara dan bermartabat agar semua pihak mendapatkan ruang kolaborasi untuk membangun PPP yang bermartabat.

Oleh sebab itu, kedua kubu PPP baik pimpinan Suharso Monoarfa maupun PPP pimpinan Humphrey Djemat mesti duduk bersama untuk membahas langkah penyelamtan PPP. Saya yakin, jika dua kekuatan besar PPP tersebut bersatu, maka pada pemilu tahun 2024, PPP akan bangkit menjadi partai ummat yang diperhitungkan.

Momentum Mukernas PPP kubu Suharso Monoarfa menjadi pintu masuk untuk membahas tindakan penyelamatan PPP melalui islah yang bermartabat. Semua kepentingan pribadi dan kelompok mesti dikesampingkan demi kepentingan Partai. Hanya dengan cara demikian PPP akan bangkit pada pemilu 2024. Kalau mau bangkit, maka perlu ada tindakan penyelamatan melalui islah yang bermartabat.(***)

Situasi makin sulit dan membutuhkan langkah konkret untuk menemukan kembali (reinventing) kejayaan PPP.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News