Survei KedaiKOPI Mengikis Mitos Presiden Jawa

Survei KedaiKOPI Mengikis Mitos Presiden Jawa
Ilustrasi Pemilu/Pilpres. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)

“Don’t use social media to impress people, but to impact people, karena belum tentu mereka yang follow, like, dan comment akan memilih saat pemilihan nanti,” ujar pria asal Bandung itu.

Pernyataan Ronal seakan diamini oleh hasil penelitian disertasi Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) yang menegaskan bahwa popularitas di media sosial tidak akan mempengaruhi angka elektabilitas.

“Media sosial itu bukanlah wadah yang tepat untuk menaikkan elektabilitas melainkan hanya dapat meningkatkan popularitas.”

Bagi pendakwah, Akmal Sjafril, media sosial selain dapat membuat seseorang menjadi populer, tetapi juga memilki dampak negatif yaitu “onar”.

“Dari perspektif Islam, pemimpin yang baik adalah yang dicintai oleh rakyatnya dan pemimpin juga mencintai rakyatnya. Dan bagaimana pemimpin bisa dicintai oleh rakyatnya? yaitu dengan cara dikenal. Di sini lah salah satu fungsi positif media sosial, yakni untuk mengenalkan,” tuturnya.

Survei Peluang dari Luar Jawa, diselenggarakan pada tanggal 17 – 24 Januari 2022 dengan metode survei Face to Face Interview (Computer Assisted Personal Interviewing), kepada 1201 responden yang berada di 34 provinsi dengan Error Sampling sebesar ± 2.83% pada pada interval kepercayaan 95.0%. (dil/jpnn)

Kombinasi pasangan calon presiden dari Jawa dan wakil presiden dari luar Jawa paling banyak dilirik oleh pemilih dibandingkan dengan jika kedua pasangan calon berasal dari Jawa.


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News