Sweeping Tempe Berakhir Ricuh

Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah

Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
KEDELAI NAIK. Pengrajin tempe di sentra produksi tempe di Kerobokan Semarang, Rabu (25/7). Kenaikan harga kedelai import yang melambung naik hingga Rp 8 ribu per kilogram dikeluhkan oleh para pengrajin. Untuk tetap bertahan, para pengrajin ini harus mensiasati dengan menurunkan ongkos produksi. Foto: Dhani Setiawan/Jateng Pos
Terkait sweeping tersebut, Ketua Primer Kopti Jakarta Timur Suyanto menegaskan, aksi sweeping sengaja dilakukan untuk menciptakan rasa kebersamaan pedagang dengan pengrajin tahu tempe. Aksi ini juga merupakan bentuk penolakan terhadap melambungnya harga kedelai saat ini. Pihaknya melakukan sweeping sejak Selasa malam. Dia mengakui banyak pedagang protes dengan aksi ini. Tapi karena pembicaraan dilakukan dengan kepala dingin, para pedagang mau mengerti pelaksanaan aksi tersebut.

’’Dari hasil sweeping tadi malam, kami mendapatkan sekitar 2 ton tempe. Seluruhnya dimusnahkan. Tempe tersebut disita dari beberapa pasar tradisional dan rumah produksi tahu tempe di Jakarta. Seperti Pasar Ciracas, Kranggan, Klender, Cakung dan Pulogadung,’’ katanya.

Suyanto mengungkapkan hasil sweeping di Pasar Rawamangun, Klender dan Kramat Jati, pihaknya menyita puluhan tahu tempe. Kendati demikian, mereka akan terus melakukan aksi sweeping di pasar-pasar tradisional di Jabodetabek sampai  pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dapat menurunkan harga kedelai.

’’Jika tuntutan penurunan harga kedelai tak kunjung dipenuhi, kami akan turun ke jalan, menggelar aksi besar-besaran di depan Istana Presiden dan Bunderan HI. Kami akan membuang tempe busuk di sepanjang jalan saat menjalankan aksi kami,’’ tegasnya.

JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News