Tak Ada Dokter, Bocah Meninggal di RSUDAM

Tak Ada Dokter, Bocah Meninggal di RSUDAM
Tak Ada Dokter, Bocah Meninggal di RSUDAM

Keluarga Nanda hanya diam. Isak tangis sang ibu masih terdengar. Lirih, menggantung dalam ruangan kelas III tersebut. Beberapa pasien dan keluarga lain yang ada di sana ikut larut dalam kedukaan. Mereka seolah paham betul rasa sakit ditinggalkan orang yang dicintai.

Setelah mengurus administrasi dan membereskan perlengkapan selama di sana, pihak keluarga membawa Nanda dengan ambulans RSUDAM ke rumah duka, sekira pukul 13.00. Sang ibu yang menggendong adik Nanda sempat pingsan ketika hendak keluar ruangan.

Mia, yang anaknya juga dirawat di ruang Kemuning lantaran hydrochepalus, menjelaskan, kondisi Nanda sudah terlihat lemah sejak Kamis malam (10/7). "Kasihan lihatnya, dia sangat tersiksa,” lirih Mia.

Untuk diketahui, hydrochepalus adalah penyakit akibat gangguan aliran cairan dalam otak. Akibatnya, kepala penderita membesar.

Sementara itu, Direktur Pelayanan RSUDAM Pad Dilangga enggan mengomentari masalah ini. ’’Saya lagi memeriksa pasien sekarang. Halo, halo....” singkatnya sambil menutup telepon.

Humas RSUDAM Esti Komalaria yang beberapa kali dihubungi pun tak mengangkat telepon. Pesan singkat yang dikirimkan wartawan koran ini juga tidak ia balas.

Pantauan Radar Lampung, selama dokter tidak ada, sebenarnya empat perawat perempuan telah mencoba membantu Nanda.

Mereka membersihkan muntahan dari hidung Nanda, memeriksa denyut nadi, dan membetulkan selang oksigen. Namun apalah daya, mereka tanpa petunjuk seorang dokter.
Direktur Utama (Dirut) RSUDAM Heri Joko Subandrio pernah berjanji berupaya memperbaiki semua fasilitas dan meningkatkan pelayanan terhadap semua pasien.

BANDAR LAMPUNG - Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek (RSUDAM) kembali jadi sorotan. Seorang siswi kelas enam SD asal Lampung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News