Tak Lagi Era Orde Baru, Sanjungan Jokowi untuk Airlangga Bukanlah Restu

Tak Lagi Era Orde Baru, Sanjungan Jokowi untuk Airlangga Bukanlah Restu
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sedang memberi makan kambing di Istana Bogor, Sabtu (24/3). Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ari Junaedi menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap memosisikan diri untuk tidak terlibat dalam dukung-mendukung salah satu calon ketua umum Partai Golkar. Menurut Ari, hal yang harus diingat adalah saat ini sudah bukan masa Orde Baru di mana restu presiden berpengaruh pada pemilihan ketua umum partai politik.

"Saya tidak melihat dan mengganggap Jokowi terlibat dengan restu-merestui siapa yang akan menjadi ketua umum Partai Golkar mendatang,” ujar Ari, Senin (11/11).

Analisis Ari itu sebagai respons atas pernyataan Presiden Jokowi saat menghadiri perayaan HUT ke-55 Golkar di Jakarta, Rabu (7/11). Jokowi melontarkan sanjungan dengan menyebut Golkar akan melejit karena partai berlambang beringin  itu memiliki Airlangga Hartarto sebagai ketua umum yang top.

Namun, Ari mengaku tak melihat pernyataan Jokowi itu sebagai restu bagi Airlangga jelang pemilihan ketua umum Golkar pada musyawarah nasional (munas) yang akan digelar bulan depan. “Jadi sangat prematur jika menilai pernyataan Jokowi dikaitkan dengan aksi dukung-mendukung,” ulasnya.

Mantan wartawan yang kini menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi terkemuka itu mengatakan, Jokowi tak perlu mendukung salah satu calon ketua umum Golkar. Sebab, siapa pun yang terpilih menjadi ketua umum, Golkar tetap menjadi bagian dari koalisi pendukung pemerintahan Jokowi.

“Siapa pun yang menjadi ketua umum, entah Airlangga Hartarto atau Bambang Soesatyo misalnya, Golkar tetap berpihak dan nyaman di tubuh koalisi,” ulasnya.

Selain itu, kata Ari menambahkan, Jokowi justru akan menghadapi defisit secara politik jika terjebak pada pemihakan terhadap salah satu calon ketua umum Golkar. Dosen di Universitas Indonesia itu lantas menyodorkan kalkulasi politiknya.

Andai Jokowi memilih Airlangga dan mencampakkan Bambang Soesatyo alias Bamsoet, kata Ari, langkah itu tidak strategis secara politik bagi Presiden Ketujuh RI itu. “Bagaimanapun Bamsoet adalah ketua MPR,” kata Ari.

Pengamat politik Ari Junaedi menilai Presiden Jokowi tetap memosisikan diri untuk tidak terlibat dalam dukungan kepada salah satu calon ketua umum Partai Golkar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News