Tangan Atas

Oleh: Dahlan Iskan

Tangan Atas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Zia sendiri seorang bidan. D-3 kebidanan Muhammadiyah Sidoarjo. Lalu S-1 kebidanan Universitas Airlangga.

Awalnya Zia bekerja di rumah sakit. Jadi pegawai negeri. Sepuluh tahun menjadi bidan RS, Zia menguasai persoalan di seputar bayi, ibu bayi, dan psikologi para ibu muda.

Maka Zia sampai pada putusan: berhenti sebagai pegawai negeri. Dia ingin buka spa bayi. Dia tahu: pasarnya ada. Yang penting harus bisa memberikan value pada para ibu muda.

Nilai apakah yang terpenting yang bisa Zia berikan?

Zia tahu: kebahagiaan yang sempurna. "Yakni kebahagiaan seorang ibu muda," ujarnyi. Kebahagiaan.

Mempunyai anak adalah sebuah kebahagiaan. Tetapi bahagia itu bisa berubah seketika menjadi beban. Terutama ketika bayinyi sering menangis. Malam-malam. Sang ibu tidak bisa tidur. Tersiksa. Bahagia campur siksa. Silih berganti.

"Apalagi kalau mertua perempuan mulai bertanya: kok si bayi nangis terus. Si ibu langsung stres," ujar Zia. Seolah sang menantu dapat rapor merah dari mertua: tidak bisa jadi ibu yang baik.

Penyebab bayi menangis, katanyi, ada tiga: lapar, kurang nyaman, dan emosi. Itu sesuai sekali dengan ilmu yang Zia dapat disertai pengalaman panjangnyi sebagai bidan.

SAYA kembali menghadiri forum komunitas Tangan di Atas (TDA). Kemarin sore. Di Surabaya. Yang dibahas Bagaimana Bangkit dari Bisnis yang Hancur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News