Tanggapan Warga Diaspora Indonesia Soal 'Australia Day' yang Kontroversial

"Tapi untungnya masih ada Moomba parade di bulan Maret dan bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya Indonesia juga," ujar Rini.
Keputusan pemerintahan Victoria dengan meniadakan pawai disambut oleh First Peoples' Assembly of Victoria, sebuah lembaga untuk merepresentasikan warga Pribumi Australia, yang mengatakan acara tahunan tersebut seperti "tamparan di muka" mereka.
Australia Day menjadi sebuah kontroversial karena jatuh di tanggal 26, saat pertama kali bangsa Eropa datang ke benua Australia dan dianggap menandai dimulainya perampasan hak-hak hidup dan tanah warga Pribumi Aborigin.
Tak heran jika di tahun-tahun sebelumnya, ribuan warga juga melakukan aksi unjuk rasa ke pusat kota Melbourne untuk memperingati 'Invasion Day'.
Menurut catatan City of Melbourne, penonton pawai Australia Day menurun drastis dari 72 ribu orang di tahun 2018 menjadi 12 ribu orang di tahun 2019.
Sementara di tahun 2020, sebelum pandemi COVID-19, hanya dihadiri 2.000 orang.
Tahun ini, Melbourne tetap akan menggelar pengibaran bendera di Government House, diikuti dengan penembakan meriam di Shire of Remembrance, dan acara di Federation Square dengan tema refleksi, menghormati, dan perayaan.
Ada yang tetap gelar pawai
Sementara di negara bagian Australia Selatan, pawai Australia Day masih tetap digelar.
Dalam pawai 'Australia Day' komunitas migran biasanya menampilkan tarian dan busana dari negara asal mereka, termasuk dari Indonesia.
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya