Tanggul Dekat Rel KA dan Jalan Raya Porong Kritis

Tanggul Dekat Rel KA dan Jalan Raya Porong Kritis
Tanggul Dekat Rel KA dan Jalan Raya Porong Kritis

jpnn.com - SIDOARJO - Dua pekan diguyur hujan, banyak bagian tanggul yang tak akan kuat menahan lumpur Lapindo. Setelah tanggul titik 73 di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, jebol, kemarin (8/12) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) juga menetapkan status kritis untuk tanggul titik 21 di Desa Siring, Kecamatan Porong, dan titik 34 di Desa Kedungcangkring, Kecamatan Jabon 

Humas BPLS Dwinanto Prasetyo menyebutkan, jarak permukaan lumpur dengan bibir tanggul di dua titik tersebut kurang dari 50 sentimeter. Di Desa Siring, bibir tanggul dengan permukaan lumpur hanya berjarak 20 sentimeter. Sedangkan di Kedungcangkring, tersisa jarak 40 sentimeter. Padahal, jarak aman tanggul dengan permukaan lumpur setidaknya 2 meter. 

Dwinanto menjelaskan, kolam lumpur di Kedungcakring mengandung banyak air. Padahal, banyaknya air di kolam lumpur dapat menggerus tanggul. Jika terus dibiarkan, tanggul bisa jebol. "Untung di sana sudah tidak ada permukiman," ujarnya. Dia menambahkan, untuk menyiasati jebolnya tanggul di titik 34, BPLS tengah mengalirkan air dari kolam lumpur ke Sungai Porong. 

Kondisi di Desa Siring lebih parah. Jarak permukaan lumpur dengan bibir tanggul hanya 20 sentimeter. Padahal, lanjut Dwinanto, di lokasi itu terdapat rel kereta api (KA) dan Jalan Raya Porong di sisi utara. Jika lumpur sampai meluap, tentu dampaknya sangat fatal. "Rel kereta dan Jalan Raya Porong merupakan infrastruktur vital yang seharusnya dijaga agar tidak ikut tenggelam," tuturnya. 

Memang benar, jarak antara tanggul dan jalur KA Porong kurang dari 500 meter. Jika terjadi luapan atau jebolnya tanggul, tentu lalu lintas KA terhambat. Raya Porong juga masih padat setiap hari. Padahal, hingga saat ini rel dan jalan itu masih berfungsi. Rencana relokasi rel KA Porong ke jalur Tulangan-Gunung Gangsir tidak kunjung direalisasikan. 

Untuk tanggul-tanggul kritis tersebut, jelas Dwinanto, upaya yang bisa dilakukan adalah membangun tanggul baru layaknya tanggul yang saat ini dikerjakan. Yakni tanggul yang menghubungkan titik 67 di Desa Gempolsari dan titik 73 di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin. 

Sementara itu, hingga kemarin tanggul titik 73 masih ambrol. Aliran lumpur masih menggenangi dua desa, yakni Gempolsari dan Kedungbendo. Malah, akibat jebolnya tanggul pada 30 November tersebut, sebuah masjid dan Balai Desa Kedungbendo ikut terendam. Sembari menunggu tanggul baru selesai dibangun, BPLS telah berupaya menutup tanggul jebol itu dengan sesek (anyaman bambu) dan sandbag. "Memang belum bisa sepenuhnya teratasi. Tapi, minimal lumpur tidak ikut mengalir ke rumah warga," terang Dwinanto. (rst/c9/end) 


SIDOARJO - Dua pekan diguyur hujan, banyak bagian tanggul yang tak akan kuat menahan lumpur Lapindo. Setelah tanggul titik 73 di Desa Kedungbendo, Kecamatan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News