Teflon 1000 Km/Jam

Oleh: Dahlan Iskan

Teflon 1000 Km/Jam
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Rencana meneruskannya sampai kota Hangzhou dibatalkan. Terlalu cepat. Terlalu mahal. Dan, yang terpenting, terlalu asing: Jerman tidak mau mengalihkan teknologi maglev ke Tiongkok.

Baca Juga:

Lalu Tiongkok bikin kereta cepat sendiri: 350 km/jam. Proyek pertamanya di jalur Beijing-Tianjin. Jalur pendek –untuk ukuran Tiongkok: sekitar 120 km.

Saya beruntung bisa mencoba maglev Shanghai maupun Beijing-Tianjin ketika baru diresmikan.

Setelah empat kali naik maglev saya tidak mau lagi. Tidak praktis. Tujuan saya biasanya pusat kota Shanghai. Kalau turun di stasiun maglev Pudong saya masih harus naik taksi ke Puxi.

Pudong di timur sungai Pu, Puxi di barat sungai Pu. Banyak jembatan di atas sungai Pu. Juga banyak terowongan bawah sungai. Tetapi pindah-pindah moda angkutan tetap tidak praktis.

Ups...saya salah. Maglev ternyata sempat dikembangkan di satu lokasi lagi. Saya baru tahu itu akhir April lalu. Yakni ketika saya "ziarah" ke patung Mao Zedong di kota Changsha.

Ada maglev di Changsha. Juga dari bandara ke kota saja. Itu baru dibangun tahun 2016 lalu. Jaraknya hanya 18 km. Itulah maglev yang menggunakan teknologi Tiongkok sendiri.

Kecepatannya hanya 140 km/jam. Maka dari bandara ke kota Changsha hanya perlu waktu 3 menit.

KERETA CEPAT Yawan sudah terlihat meluncur dari Jakarta ke Bandung. Pulang pergi. Banyak kali. Akhirnya Indonesia masuk peta dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News