Tekan Stunting di NTB, Pendidikan Gizi di Sekolah Harus Diperkuat

Tekan Stunting di NTB, Pendidikan Gizi di Sekolah Harus Diperkuat
Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes Imran Nur Ali (kanan) dan Direktur SEAMEO RECFON Dr. Muchtaruddin Mansyur (kedua dari kanan) saat meninjau Ponpes NU Darussalam. Foto: Mesya/jpnn.com

"Anak-anak di daerah perdesaan banyak yang lulus SMA langsung menikah dan tidak lanjut kuliah. Makanya pemerintah memperkuat pendidikan gizi di sekolah agar anak-anak tersebut bisa paham tentang pentingnya gizi. Bagaimana bisa mendapatkan SDM unggul kalau anak-anak tidak dibekali dengan pengetahuan tentang gizi," tuturnya kepada JPNN.com di sela-sela kunjungan ke Pondok Pesantren NU Darussalam, Lombok Barat, Jumat (11/10).

Agar pendidikan gizi berjalan baik, lanjutnya,. peranan kepala sekolah sekolah menjadi penentu. Dia mencontohkan beberapa kepala sekolah di Lombok Barat yang bisa mengelola dana BOS untuk membuat kebun gizi dan kantin sehat. Kebun gizi ini bisa menjadi wahana belajar sekaligus mendorong jiwa entrepreneur siswa. Ini juga sebagai bagian dari pendidikan karakter.

"Saya kagum melihat cara para kepsek yang mampu menjadi manager yang baik untuk sekolah. Mereka memanfaatkan dana BOS untuk hal positif seperti membeli bibit tanaman jagung, cabai, dan lainnya. Jadi bukan hanya dipakai untuk beli buku," terangnya.

Dia optimistis, bila seluruh kepsek di NTB umumnya dan Lombok khususnya bisa melakukan hal serupa, angka stunting dan gizi buruk bisa menurun drastis. Sebab, mulai guru, siswa, orang tua murid, dan lingkungan sekolah mendukung pendidikan gizi. (esy/jpnn)

 

 

Angka stunting di NTB terjadi penurunan dari 45,2 persen menjadi 33,5 persen, tetapi masih berada di atas rerata nasional yang saat ini 30,8 persen.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News