Temui Gus Mus, Rombongan Daulat Budaya Nusantara Ikut Pengajian Santri Bajingan

Temui Gus Mus, Rombongan Daulat Budaya Nusantara Ikut Pengajian Santri Bajingan
Gus Mus saat mengikuti acara Senin Pahingan Santri Bajingan (Bar Ngaji Mangan) di Pondok Pesantren Al Itqon Bugen. Foto: dok DBN

jpnn.com, SEMARANG - Daulat Budaya Nusantara gencar melanjutkan rangkaian silaturahmi ke pesantren-pesantren budaya di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi lima tahunan bangsa Indonesia.

Kali ini,  Teguh Haryono, pakar pertahanan kebudayaan dari Universitas Pertahanan hadir di Semarang mengikuti acara Senin Pahingan Santri Bajingan (Bar Ngaji Mangan) di Pondok Pesantren Al Itqon Bugen.

"Nyaman ya, ngaji dibuka dengan selawatan, terus nyanyi Indonesia Raya. Lalu bermusik kontemporer, kemudian puisi teatrikal, lantas klangenan keroncong. Ditambah lagi melukis yang coretan pertama dikuaskan Gus Mus, dilanjut kuas para pelukis sambil mendengarkan Gus Mus berpuisi penyair Arab, terakhir makan makan. Ini pengalaman pertama kali saya ngikuti ngaji Santri Bajingan (Bar Ngaji Mangan/ Bakdo Ngaji Makan). Sangat kental budayanya," tutur Teguh.

Menurut Teguh, pesantren yang selama ini "hanya" dikenal sebagai tempat belajar agama Islam dan kitab kitab ulama, ternyata juga menjadi suaka para seniman dan budayawan.

Pesantren sangat terbuka dengan proses-proses berkebudayaan masyarakat.

"Di pesantren, agama bersanding dengan budaya budaya luhur masyarakat. Saya melihat kedaulatan budaya nusantara secara utuh diteladankan para kiai kepada santri santrinya. Welas asih, gotong royong, tepo sliro (toleransi) tampak nyata. Bahkan Kiai Hasyim Asy'ari menulis kitab Adabul A'lim Wal Muta'allim yang membahas adab santri kepada kiai dan adab kiai kepada santrinya. Saya melihat Nusantara," jelas inisiator Gerakan Daulat Budaya Nusantara tersebut.

Ngaji Senin Pahingan di Pondok Pesantren Al Itqon ini diadakan setiap 35 hari mengikuti kalender Jawa.

Konsepnya diskusi soal situasi dan kondisi masa kini dengan diselingi penampilan para seniman dan budayawan dan yang mengikuti ngaji ini dijuluki Santri Bajingan, Bar Ngaji Mangan.

Daulat Budaya Nusantara memuji pesantren yang sangat terbuka dengan proses-proses berkebudayaan masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News