Bijak Bermedia Sosial dan Pertahankan Identitas Budaya, Saring Sebelum Sharing

Bijak Bermedia Sosial dan Pertahankan Identitas Budaya, Saring Sebelum Sharing
Webinar Literasi Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika. Foto: supplied

jpnn.com, JAKARTA - Penggunaan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan lain-lain perlu disikapi secara bijak untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

Wakil Ketua DPR Bidang Korpolkam Lodewijk F Paulus mengatakan media sosial perlu digunakan dengan bijak di era keterbukaan dengan tidak mengubah budaya Indonesia yang toleran dan ramah.

"Kita, Indonesia terkenal dengan orang yang toleran ramah, tetapi, jangan gara-gara keterbukaan ini kita berinteraksi dalam media sosial, lalu kearifan lokal yang selama ini tertanam kepada kita menjadi hilang," ujar mantan Pangdam I Bukit Barisan itu dalam webinar Literasi Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Jumat (26/1).

Lodewijk menuturkan perubahan sosial pada masyarakat modern atau global pada umumnya lebih cepat terjadi dibandingkan masyarakat yang rasional, yaitu masyarakat heterogen yang memiliki sikap lebih terbuka kepada hal-hal yang baru.

"Kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah tertanam sejak dahulu bisa saja luntur akibat dampak globalisasi yang terus menerus berlangsung itu," tutur sekjen Partai Golkar ini.

Globalisasi sebagai sebuah keniscayaan bisa dihadapi dengan membentengi diri mempertahankan kearifan lokal dan memahami dampak negatif yang secara tidak langsung mempengaruhi karakter.

"Karakter itu dari mindset, dari pikiran, akhirnya menjadi tindakan. Lalu tindakan menjadi kebiasaan. Kebiasan itu yang membentuk karakter kita," jelasnya.

Media sosial juga memberi dampak negatif yang dinilai dapat menurunkan kemampuan sosial, menyebarnya cyber bullying dan mengubah pandangan body image seseorang.

Masyarakat diajak bijak dalam bermedia sosial dan mempertahankan identitas budaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News