Temukan Virus HIV Baru hingga Monyet Hybrid Sulawesi

Temukan Virus HIV Baru hingga Monyet Hybrid Sulawesi
PENELITI SEJATI: Jatna Supriatna menunjukkan salah satu buku hasil penelitiannya tentang kehidupan liar di dalam hutan. M. Ali/Jawa Pos/JPNN.com

Sayangnya, jelas Jatna, penelitian lanjutan tentang sel islet tersebut dibawa terbang ke Amerika Serikat. ”Soalnya, di Indonesia tidak ada yang mau mendanai,” ungkapnya.

Selain itu, pengembangan penemuan sel islet tersebut sudah menjadi tanggung jawab peneliti disiplin ilmu lain. Apalagi, lanjut Jatna, penelitian yang membutuhkan perlengkapan laboratorium komplet tidak bisa dikerjakan di dalam hutan.

Primata lain yang menjadi objek penelitian Jatna adalah Tarsius tarsier. Hewan itu merupakan jenis primata terkecil di dunia. Tubuhnya hanya sebesar jari telunjuk (sekitar 10 cm). Selain ukurannya yang mungil, hewan tersebut diklaim tidak mengalami perubahan (evolusi) susunan gigi sejak 45 juta tahun terakhir.

Dalam penelitiannya, Jatna cs menemukan sedikitnya dua spesies tarsius baru. Sayang, dia sudah lupa nama latin tarsius yang ditemukannya itu. ”Intinya, penemuan spesies baru itu karena pencatatan penelitian sebelumnya kurang rapi sehingga banyak spesies belum sempat dicatat,” terang dia.

Dalam buku tentang primata Indonesia karya Jatna, tercatat kini sudah sepuluh spesies tarsius yang ditemukan. Dari seluruh spesies tarsius itu, hanya dua yang berasal dari luar Sulawesi. Yaitu Cephalopachus bancanus yang ditemukan di Bangka Belitung serta Cephalopachus borneensis atau disebut Bornean Tarsier yang ditemukan di Kalimantan.

Menurut Jatna, penemuan spesies tarsius baru di Indonesia bisa saja terus terjadi. ”Asalkan penelitinya tidak malas. Mau turun ke lapangan, di dalam hutan. Tidak hanya bekerja di laboratorium,” tutur peraih penghargaan Terry McManus Award dari Conservation International Washington DC (2010) dan Golden Ark Award dari Kerajaan Belanda (2009) itu.

Jatna mencontohkan, ketika dirinya memulai penelitian di hutan dulu, jumlah spesies primata di Indonesia hanya 40 jenis. Tetapi sekarang sudah bertambah menjadi 51 spesies. Selain primata, Jatna aktif meneliti keragaman burung di Bali dan jenis-jenis ular di Indonesia.

Di usianya yang menginjak 63 tahun, Jatna belum berniat mengurangi aktivitas penelitiannya di hutan belantara. Belum lama ini dia blusukan ke taman nasional di Riau dan Jambi. Dia prihatin mengetahui kondisi hutan di Riau yang rusak akibat pembalakan liar dan kebakaran.

Pada suatu malam medio 1986, hujan turun sangat lebat. Mobil Jeep 4WD yang dikendarai Dr Jatna Supriatna dan kawan-kawan penelitinya di dalam hutan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News