Tengkulak Terus Berulah, Petani Berharap ke Paket Marhaen

Tengkulak Terus Berulah, Petani Berharap ke Paket Marhaen
Calon Wakil Gubernur NTT Emilia J Nomleni dalam safari politik di Kabupaten Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Selasa (29/5). Foto: PDIP for JPG

jpnn.com, SUMBA BARAT DAYA - Para petani di Desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluhkan ulah tengkulak. Minimnya infrastruktur membuat petani setempat kerepotan mengangkut hasil panen ke kota sehingga menyerah pada penawaran tengkulak yang menentukan harga seenaknya.

Para petani Desa Hameli Ate mengeluhkan hal itu saat berdialog dengan Calon Wakil Gubernur Emilia J Nomleni, Selasa (29/5). Menurut petani setempat, Hendrik Tembabiri (32), di daerahnya banyak tanaman jambu mete yang tumbuh subur.

"Di sini, hasil jambu mete melimpah. Harga biasanya Rp 20 ribu sekilo,” ujarnya di depan Emilia.

Warga Desa Hameli Ate itu pun mengharapkan bisa segera menjual hasil panennya ke kota. Karena itu, Hendrik meminta kepada calon wakil gubernur yang karib disapa dengan panggilan Mama Emi itu jika terpilih agar membenahi persoalan infrastruktur sehingga petani tak lagi menyerahkan hasil panennya ke tengkulak.

“Kalau para tengkulak yang datang sendiri ke sini, harganya lebih rendah lagi,” tuturnya.

Hendrik mengaku punya harapan besar pada Mama Emi. Terlebih, calon wakil gubernur yang berpasangan dengan Marianus Sae itu menjadi satu-satunya kandidat yang mengunjungi desanya.

"Selama ini belum ada paket dari provinsi yang mengunjungi desa ini. Hanya Mama Emi," tuturnya.

Sedangkan Emilia merespons keluhan warga itu dengan memaparkan program-programnya. "Kalau soal hasil tanaman, kami akan perbaiki jalan,” ujarnya.

Desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT menjadi penghasil jambu mete. Namun, petani setempat mengeluhkan ulah tengkulak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News