Tentang Bonek, Gajah Ijo, Bledug Ijo, dan Akhirnya Greenforce

Tentang Bonek, Gajah Ijo, Bledug Ijo, dan Akhirnya Greenforce
Bonek setiap kali Persebaya berlaga. Foto: Sugeng Deas/dok.Jawa Pos

jpnn.com - TIDAK mudah untuk menelisik kapan dan oleh siapa kata "Bondo Nekat"  pertama kali disebut. Sebutan yang mengarah pada suporter Surabaya itu katanya muncul sendiri di tengah publik. Ada pula yang mengatakan pencetusnya penyiar Radio Gelora Surabaya, Amin Istigfarin.

Namun kapan pertama kali Jawa Pos menulis kata "Bonek"?  Jawabnya ada di edisi 8 November 1988. Ada satu berita yang mengkritisi banyaknya penumpang gelap yang ikut saat tret-tet-tet menghadapi PSIS Semarang pada kualifikasi wilayah timur di Stadion Citarum, Semarang.

Suporter yang terdaftar mencapai 1000 orang. Namun yang datang mencapai 1500 orang. Istilah penumpang gelap itu disebut dengan Bondo nekat alias "Bonek".

Munculnya Bonek tak lepas dari gerakan tret-tet-tet yang dipopulerkan Jawa Pos. Keseruan mendukung Persebaya saat berlaga tandang begitu tak terbendung bagi mereka yang tak punya modal. Minimnya bekal membuat mereka jadi ngotot, termasuk berbuat onar. Bonek selalu dicap sebagai negatif.

Euforia terhadap Persebaya yang semakin besar membuat tret-tet-tet menjadi suatu budaya pop yang digemari anak muda. Semakin banyaknya bondo-bondo nekat membuat Jawa Pos menyetop gerakan tret-tet-tet. Kesulitan mengontrol fans jadi sebab. Terakhir kali tret-tet-tet yang dikoordinir secara murni oleh Jawa Pos terjadi pada final Perserikatan 1990 menghadapi Persib Bandung.

Kalah 2-0 dari Persib memang menyakitkan. Kekalahan itu ditambah dengan lemparan batu dan ledekan orang di Cikampek yang meneriaki suporter Persebaya sebagai "Rombongan suporter kalah main". Sontak saja arek-arek Suroboyo mengamuk dan merusak 35 statsiun dari Cikampek hingga Jogjakarta.

"Jawa Pos kalau tidak salah meski menanggung biaya kerugian ke PJKA sekitar 55 juta rupiah. Waktu itu Pak Dahlan pun tampaknya ditekan dari pusat agar jangan terlalu depan dalam koordinir suporter," kata Slamet Oerip Prihadi, redaktur senior olahraga Jawa Pos.

Sampai Perserikatan 1993/1994 Jawa Pos tetap ikut andil memberitakan gerakan tret-tet-tet. Tapi hanya sebatas itu. Pengelolaan diserahkan kepada pihak lain.

TIDAK mudah untuk menelisik kapan dan oleh siapa kata "Bondo Nekat"  pertama kali disebut. Sebutan yang mengarah pada suporter Surabaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News