Terinspirasi Kisah Anaknya Berjuang Melawan Leukemia
Rabu, 29 Mei 2013 – 05:39 WIB
Operasi transplantasi dilakukan pada 9 Mei 2007 dan berlangsung lancar. Awalnya, transplantasi stem cell itu dinilai cukup berhasil. Kondisi Anyo terus membaik. Setiap tes kesehatan, komposisi sel darahnya normal. Anyo pun sempat mengenyam kuliah di Amsterdam, Belanda.
Tetapi, setahun kemudian, April 2008, kesehatan Anyo turun lagi. Kali ini dokter sudah kehabisan cara. Sebab, transplantasi sel induk setahun sebelumnya dianggap sebagai upaya akhir. Anyo pun disarankan untuk menjalani kemoterapi umum.
Saran itu dijalankan Pinta. Dia membawa Anyo untuk menjalani kemoterapi yang sedianya berlangsung enam kali. Tetapi, saat memasuki kemoterapi ketiga, kondisi Anyo benar-benar lemah. "Saya harus legawa. Menangis bombay percuma, malah membuat Anyo stres," katanya.
Melihat kondisi anaknya yang "tak berpengharapan lagi", Pinta sempat menawari Anyo untuk tetap dirawat di Belanda atau pulang ke Indonesia. Anyo pun seperti menyadari umurnya tidak lama lagi. Karena itu, dia memilih pulang ke tanah air. Benar saja, tidak lama kemudian, tepatnya 7 Desember 2008, pemuda cerdas itu akhirnya mengembuskan napas terakhir dengan damai.
Fasilitas medis untuk penderita kanker masih terbatas di Indonesia. Padahal, jumlah penderitanya cukup banyak. Pinta Manullang-Panggabean dengan
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor