Terkait Polemik IMEI, APSI: Mematikan Mesin CEIR Bukanlah Solusi

Terkait Polemik IMEI, APSI: Mematikan Mesin CEIR Bukanlah Solusi
Pedagang mengecek nomor indentitas asli ponsel (IMEI) di salah satu gerai di Metro Atom, Jakarta, Kamis (20/8/2020). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Hasan Aula berkomentar terkait munculnya wacana desakan untuk mematikan system Centralized Equipment Identity Register (CEIR) karena mesin penuh.

Menurut Hasan mematikan mesin CEIR merupakan usulan konyol yang akan berujung pada ketidakpastian hukum. Tidak jelas lagi, mana ponsel resmi dan mana yang ilegal.

“Mematikan  mesin CEIR  untuk sementara waktu bukanlah solusi. Itu akan kembali pada system lost controle. Ponsel ilegal dan resmi tak bisa lagi dibedakan. Solusinya pihak terkait yang bertanggung jawab terhadap aturan ini agar meng-upgrade kapasitas daya tampung mesin tersebut. Bukan dimatikan solusinya,” ungkap Hasan.

Hasan memaparkan jika  secara hitungan dengan industri 50 juta per tahun atau rata-rata IMEI 90 juta setahun bila dimasukkan data IMEI untuk  5 tahun, maka akan terisi 450 juta IMEI.

Kalau sekarang sudah 95% artinya ada IMEI2 yang mungkin belum diproduksi atau direalisasikan. Maka dalam jangka pendek perlu dilakukan cleansing di CEIR untuk IMEI-IMEI yang belum diproduksi atau direalisasikan.

Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ismail menduga penuhnya mesin CEIR merupakan masalah teknis yang timbul akibat banyak data IMEI yang dikumpulkan tanpa melakukan penyaringan.

“Ini hanya masalah teknis biasa saja," jelas Ismail.

Ismail menegaskan bahwa mesin CEIR sudah bisa kembali menerima data-data IMEI terbaru. Ismail mengkonfirmasi bahwa mesin CEIR telah aktif kembali menerima data nomor IMEI yang di-upload oleh Kemenperin.

Jika mesin CEIR dimatikan sementara ponsel ilegal dan resmi nantinya tidak bisa lagi dibedakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News