Terlalu Sering Mengakses Facebook Dapat Memicu Depresi

Terlalu Sering Mengakses Facebook Dapat Memicu Depresi
Ilustrasi. Getty Images

3. Akhir film atau acara TV

Pada beberapa orang, depresi bisa dipicu akibat berakhirnya sesuatu yang penting, termasuk film dan acara TV. Pada tahun 2009, beberapa fans film Avatar dilaporkan merasa depresi bahkan berisiko bunuh diri karena kehidupan dunia dalam film fiksi itu tidak nyata. Reaksi ini mirip dengan berakhirnya sekuel film Harry Potter.

"Saat menonton film, orang cenderung mengalami kesulitan terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain," kata Emily Moyer Guse, asisten profesor komunikasi di Ohio State University di Columbus. Misalnya dengan film Avatar, Emily mencurigai orang-orang bisa tersapu dalam narasi film tersebut dan melupakan kehidupan nyata serta masalah mereka sendiri.

4. Terlalu banyak pilihan

Menurut beberapa psikolog, banyaknya pilihan yang tersedia berupa kebutuhan makanan atau perkakas rumah tangga, bukan masalah bagi pembeli yang memprioritaskan kebutuhan mereka. Tapi, bagi orang yang menanggapi bervariasinya pilihan ini dengan meninjau lebih dalam guna mendapat item terbaik, hal ini bisa memicu depresi. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan akhir seseorang terhadap suatu item terkait dengan perfeksionisme dan depresi.

5. Kurang konsumsi ikan

Rendahnya asupan omega 3 asam lemak yang banyak ditemukan dalam minyak ikan, salmon, dan sayuran, mungkin terkait dengan risiko depresi yang lebih besar. Penelitian tahun 2004 di Finlandia menemukan hubungan antara makan lebih sedikit ikan dan terjadinya depresi pada wanita, tapi bukan pada pria. Asam lemak bisa mengatur neurotransmitter seperti serotonin yang berhubungan dengan depresi. Sebuah studi menemukan bahwa, suplemen minyak ikan bisa membantu depresi pada orang yang mengalami bipolar disorder ( jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi).

6. Pil KB

DEPRESI yang seringkali dirasakan kebanyakan orang bisa disebabkan karena trauma, masalah keuangan, perasaan sedih, atau bahkan pengangguran. Meski

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News