Teror ke Novel Baswedan Jadi Ujian untuk Irjen Iriawan

jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati kepolisian Neta S Pane menyatakan, kasus penyiraman air keras ke wajah penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menjadi tantangan berat bagi jajaran Polda Metro Jaya. Menurutnya, kasus teror ke penyidik andalan KPK itu bisa menjadi pertaruhan bagi Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan.
"Pekerjaan ini tentu tidak mudah. Namun di sinilah kinerja profesional Kapolda Metro Jaya diuji," kata Neta di Jakarta, Jumat (14/4).
Ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW) itu menambahkan, jika pelaku dan motif penyiraman air keras ke Novel tak terungkap, maka maka ancaman teror terhadap KPK akan semakin masif. Untuk itu, katanya, Polda Metro Jaya harus bekerja cepat mengungkap kasus penyiraman air keras tersebut.
"Sebab sudah hampir seminggu belum ada tanda-tanda atau titik terang bahwa pelaku akan tertangkap," ujarnya.
Neta menilai kasus penyiraman air keras ke wajah Novel merupakan teror dari para pengecut. Karenanya, Polda Metro Jaya harus mengungkap motif di balik serangan itu.
"Apakah berkaitan dengan kasus korupsi yang sedang diusut Novel atau tidak," kata dia.
Lebih lanjut Neta mengatakan, aksi penyiraman air keras itu bukan lagi sekadar balas dendam. Sebab, bisa jadi teror itu memang untuk melumpuhkan KPK yang belakangan makin agresif membongkar kasus-kasus korupsi besar.
"Terutama yang dilakukan mafia proyek yang berkolusi dengan para pejabat negara," pungkasnya.(put/jpg)
Pemerhati kepolisian Neta S Pane menyatakan, kasus penyiraman air keras ke wajah penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kecam Aksi Pedemo Sandera Polisi Saat May Day, IPW: Seharusnya Diusir bukan Disandera
- 14 Pendemo Rusuh di Hari Buruh dari Kelompok Anarko
- KPK Ingatkan Guru & Dosen: Gratifikasi Bukan Rezeki
- KPK Periksa Mantan Direktur LPEI Terkait Kasus Korupsi Fasilitas Kredit
- Polisi Tangkap 3 Pelaku Penyiraman Air Keras Terhadap Kabid RSJ Kalbar
- Roy Suryo Sebut Tindakan Jokowi Lucu, Memalukan, dan Tidak Elegan