Terpaksa Nusantara

Oleh: Dahlan Iskan

Terpaksa Nusantara
Dahlan Iskan, beberapa waktu lalu. Foto: disway.id

"Belum," jawabnya. "Waktu itu saya lagi menjalani penyembuhan setelah operasi prostat," tambahnya.

"Operasi prostatnya berhasil?'' tanya saya.

"Berhasil sangat baik," jawab Sudi.

Saya sengaja bertanya dulu soal berhasil atau tidaknya operasi prostat itu. Banyak laki-laki senior ingin berita seperti itu –siapa tahu kelak juga perlu operasi prostat.

Selebihnya saya wawancara seperti wartawan lainnya. Soal pengambilan darahnya yang beredar di medsos.

Saya pikir Pak Sudi sukarelawan pertama uji coba fase II. Ternyata bukan. Saya merasa bersalah. Maka saya wajib menulis siapa sang pioneer: ternyata Aburizal Bakrie.

Kebetulan, ketika wawancara, berhasil mendapat keterangan yang nilai human interest-nya sangat tinggi. Saya tidak menyangka mendapatkan sisi menarik yang selama itu dirahasiakan. Maka jadilah tulisan seri ke-2 itu.

Selesai. Tidak perlu lagi menulis soal VakNus. Isu reshuffle kabinet mulai ramai. Tapi hari itu saya merasa bersalah –secara jurnalisme. Saya baru tahu hari itu bahwa yang membeli peralatan DSA di RSPAD itu ternyata kementerian kesehatan di zaman menteri kesehatannya Siti Fadilah Supari.

Kalau tidak legal pasti TNI AD sudah melarangnya sejak sebelum dilakukan. Terawan adalah Letnan Jenderal Angkatan Darat aktif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News