Tetap Terjaga di Solo, Dua Kelompok Tarawih dan Dua Imam dalam Satu Masjid

Yang 23 Rakaat Pakai Pengeras Kecil, 11 Rakaat Pengeras Besar

Tetap Terjaga di Solo, Dua Kelompok Tarawih dan Dua Imam dalam Satu Masjid
Jamaah Masjid Agung Solo saat salat tarawih. Foto : Arief/Radar Solo/JPNN

Salah seorang pengurus sekaligus seorang Imam Masjid Agung, Solo, Muhtarom menjelaskan, tradisi dua salat berbeda rakaat tersebut berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Pada awalnya, saat masjid itu didirikan, hanya ada satu model salat Tarawih. Yakni, 23 rakaat. Perubahan mulai terjadi saat ada dua ulama Mambaul Islam (sebuah lembaga Keislaman Keraton Kasunanan Surakarta) memiliki pandangan berbeda tentang salat Tarawih. Mereka menganut salat Tarawih 11 rakaat.

Meski menggelar salat Tarawih 11 rakaat, dua ulama tersebut tak menghapuskan jamaah salat Tarawih 23 rakaat yang ada sebelumnya. Jamaah salat Tarawih 23 rakaat tetap menggelar ibadah di masjid itu, namun berada di ruang berbeda.

Seiring dengan berjalannya waktu dan kian bertambahnya jumlah jamaah di Masjid Agung, akhir1980-an dua salat Tarawih berbeda rakaat itu mulai dipisah di dua tempat. "Dalam perbedaan itu sejak awal hingga sekarang tidak pernah timbul gejolak di antara jamaah. Sejak awal didirikan, Masjid Agung memang diperuntukkan masyarakat yang heterogen. Sebab, lokasi berdirinya masjid ini memang dahulu merupakan salah satu pusat keramaian kota," tuturnya. (nan/jpnn/c4/kum)

Di Indonesia mungkin baru terjadi di Masjid Agung, Solo, salat Tarawih dilakukan bersamaan oleh dua kelompok jamaah dengan jumlah rekaat berbeda.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News