Tetty Moedjiati, Nenek yang Dulu Hidup Berkecukupan tapi Kini Tinggal di Pos Ronda

Makan dari Belas Kasihan, Minum Ambil Air Masjid

Tetty Moedjiati, Nenek yang Dulu Hidup Berkecukupan tapi Kini Tinggal di Pos Ronda
NELANGSA: Tetty Moedjiati, 79, terpaksa hidup sebatang kara di pos ronda karena ditinggal anak-anaknya. Foto: Adidaya Perdana/Radar Jogja/JPNN

Di ruangan pos ronda itu kondisinya memprihatinkan. Bangunannya  tanpa pintu, tanpa jendela, dan beratap seng yang sudah keropos. Tetty mengaku di kala siang di tempat itu terasa panas. Sementara jika malam hari, ia harus merasakan hawa yang sangat dingin.

Belum lagi di kala hujan, penderitaan tety bertambah. ”Atapnya bocor-bocor. Kalau hujan, saya hanya bisa duduk di sini. Tidak bisa ke mana-mana,” imbuhnya.

Untuk tidur pun ia beralaskan tripleks yang dilapisi kardus. Bantalnya, berupa gulungan-gulungan koran bekas. Ia enggan menggelar gulungan kasur yang dibawanya dari rumahnya dulu karena khawatir  kotor. Gulungan kasur kapuk itu hanya dipakai melindungi tubuhnya dari terpaan angin saat malam hari.

Di dalam ruangan pos kamling, ada empat bungkusan plastik kresek. Isinya piring, gelas, botol untuk ambil air dari masjid, serta beberapa pakaian.
Sementara untuk mandi dan buang air besar, ia biasanya pergi ke toilet masjid tidak jauh dari pos ronda yang kini ditinggalinya. Beruntung warga sekitar cukup baik kepadanya. Sesekali ada yang berbelas kasihan dan memberi makanan, minuman ataupun uang sekadarnya.

”Saya makan seadanya, kalau dikasih tetangga. Kadang ada juga yang ngasih uang Rp 2.000. Tetapi kalau tidak ada yang ngasih, saya enggak makan,” tuturnya. Jumat (20/3) lalu ia tak makan karena memang tak ada orang yang memberinya uang ataupun makanan.

Sembari sesekali meneteskan air mata, nenek bertubuh kurus itu mengenag hidupnya dulu yang sangat kecukupan. Ia pernah menjadi agen teh merek terkenal dan memiliki dua buah kios kelontong di sekitar Kota Magelang.

Namun, keadaan berbalik setelah musibah kebakaran melanda kios miliknya. Ia bangkrut dan menjual rumahnya. Nahas, uang hasil menjual rumah amblas ditipu seseorang. Kemudian, ia tinggal bersama  Heru di perumahan itu.

Keduanya mengontrak rumah di perumahan itu hingga akhirnya tidak mampu membayar biaya kontrakan. ”Saya hanya pengin ketemu dengan Heru,” katanya berharap.

Di usianya yang sudah tua, seorang ibu hanya butuh hidup tenang bersama keluarganya. Tidak demikian dengan Tetty Moedjiati. Pada usianya yang menginjak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News