Teuku Chandra Adiwana, Peneliti dan Konsultan Nama-Logo
Kliennya 27 Konglomerat hingga Klub Inter Milan
Rabu, 06 Juni 2012 – 08:08 WIB
Akibatnya, energi positifnya membawa keberuntungan. "Ada unsur Tuhan di sana. Dalam tradisi Islam nama dengan tasydid itu nama yang sangat bagus. Misalnya Rasulullah Muhammad yang huruf m-nya berganda," jelasnya.
Sayangnya, di Indonesia nama dengan huruf ganda sering disederhanakan. "Dulu kita punya Sultan Hasannuddin (n dan d doble, Red) yang gagah berani melawan Belanda. Sekarang rata-rata ditulis Hasanudin dan tidak ada prestasi yang fenomenal," katanya.
Demikian juga nama Bagyo atau Bagio. "Jika ditulis ganda, Baggio, lebih lucky," ujarnya.
Chandra mengaku pernah menasihati mantan Menaker Abdul Latif yang juga pemilik Lativi agar mengganti nama perusahaannya. "Kata La dalam Lativi itu bisa bermakna Arab dengan arti tidak atau bukan. Jadi, Lativi itu bukan TV. Akibatnya, Lativi bubar sekarang," katanya.
Jangan sepelekan urusan nama. Salah memilih nama akibatnya bisa fatal. Setidaknya itu kesimpulan Chandra Adiwana yang menggeluti ilmu penamaan selama
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor