Tidak Welcome
Oleh Dahlan Iskan

Semula saya pun menganggap Dyson sebagai calon 'membunuh' janin mobil listrik Indonesia. Janin yang masih berbentuk sperma. Sperma yang masih berupa nafsu.
Saya pikir Dyson tahu bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat besar. Yang bisa diincar dari Singapura. Lewat perdagangan bebas Asia Tenggara.
Dengan memilih Singapura, Dyson seperti memproduksi di depan mata. Tidak saya sangka tiba-tiba Dyson mengirim berita duka.
Ternyata Dyson tetap seorang pebisnis sejati. Yang hitungan untung-ruginya tetap nomor satu.
Jarang penemu yang tidak emosional seperti Dyson. Yang tetap mempertanyakan: berapa besar laba yang didapat dari investasi Rp 50 triliun itu.
Namun, mengapa baru sekarang akal sehat bisnisnya itu muncul? Mengapa tidak sejak awal? Sebelum membeli lahan di Singapura? Dan sebelum punya 600 tenaga ahli?
Di sinilah alasan 'tidak menguntungkan' tadi harus dipertanyakan. Saya lebih melihat pada kerumitan teknis. Atau birokrasi.
Industri mobil memerlukan supply chain yang panjang. Membuat mobil memerlukan sekitar 20.000 onderdil.
Dunia tahu siapa James Dyson. Terutama para wanita. Ia adalah salah satu orang terkaya di Inggris.
- Tanpa Seremoni, VinFast VF 6 Meluncur di Indonesia, Sebegini Harganya
- Manna Haikal
- Kini Indonesia Punya Mobil Listrik Merek Nasional, Begini Penampilannya
- Pemerintah Janji Berikan Insentif Lebih Besar ke Pabrikan Mobil Listrik, Asalkan...
- Polytron Meluncurkan 2 Mobil Listrik, Harga di Bawah Rp 300 Juta
- Kucing Timah