Tiga Bocah Papua yang Berhasil Ciptakan Sistem Robot Pendeteksi Bencana Tsunami
Habis Rp 1 Juta, Manfaatkan Burung Panik dalam Sangkar
Kamis, 06 Oktober 2011 – 08:10 WIB
Kondisi alam semacam ini juga tampak ketika bakal terjadi bencana letusan gunung berapi. Aneka binatang turun gunung beberapa saat sebelum bencana datang. "Hewan itu seperti memiliki insting yang kuat dalam membaca gejala alam. Manusia kalah untuk urusan ini," tandasnya.
Gejala alam yang tampak sebelum terjadi bencana itu ditangkap Tina, Yohana, dan Demira. Mereka bertiga lantas membuat robot pendeteksi dini dengan menerapkan gejala alam tersebut. Dalam hal itu, mereka menggunakan bantuan seekor burung. "Awalnya kami ingin menggunakan kera. Tapi, sulit cari kandangnya," celetuk Tina yang lahir di Timika pada 28 Januari 1998 itu.
Sebagai percobaan, mereka menggunakan burung berkicau jenis kutilang (pycnonotus aurigaster) yang dimasukkan di dalam sangkar ukuran sedang. Nah, konsep sederhana dari robot karya tiga anak ini adalah bencana tsunami mengancam, burung panik, kemudian ribut. Burung yang panik itu lantas memencet sakelar berkali-kali. Sakelar itu sendiri dipasang di empat sisi sangkar. Setiap sakelar itu terpencet, akan mengeluarkan sinyal yang ditampung dalam sebuah motor.
Demira menjelaskan, motor tidak akan bergerak jika sakelar hanya tertekan kurang dari sepuluh. "Motor baru bisa berputar setelah sakeral terpencet belasan kali," tandasnya.
Tiga bocah asal Papua ini, Albertina Boanal, Yohana Helena Oprawiri, dan Demira Yikwa, masih duduk di bangku SD. Tapi, karya mereka tak bisa dianggap
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor