Tiga Bocah Papua yang Berhasil Ciptakan Sistem Robot Pendeteksi Bencana Tsunami

Habis Rp 1 Juta, Manfaatkan Burung Panik dalam Sangkar

Tiga Bocah Papua yang Berhasil Ciptakan Sistem Robot Pendeteksi Bencana Tsunami
KREATIF : Tiga bocah asal Papua, Tina, Yohana, dan Demira membuat alat pendeteksi dini bencana tsunami dengan media burung dan lonceng. Foto: Hilmi Setiawan / JAWA POS
Perjalanan tiga bocah tersebut hingga akhirnya berhasil menemukan robot pendeteksi dini tsunami dimulai sekitar dua bulan lalu. Tepatnya ketika mendengar ada kontes ICT tingkat nasional. Saat itu mereka sempat cemas karena tema yang ditentukan cukup sulit. Yaitu, membuat robot yang berfungsi membantu manusia untuk menghindari bencana alam.

Setelah berembuk dengan beberapa guru pengasuh dan membolak-balik kliping koran di sekolah mereka, akhirnya diputuskan untuk membuat alat deteksi dini bencana tsunami. Itu adalah bencana yang sangat menakutkan di negeri ini. Demira menyebutkan, contoh tsunami yang cukup parah di negeri ini terjadi di Aceh pada 2004 yang memakan korban lebih dari 166 ribu jiwa. Selain itu, disusul kasus bencana tsunami yang juga memakan korban tak sedikit.

Demira yang lahir di Kabupaten Tolikara, Papua, 8 Maret 2000, itu menuturkan, setelah menemukan fokus bencana yang akan mereka tangani, pekerjaan selanjutnya ialah menciptakan robot yang mampu mendeteksi dini ancaman gelombang atau bencana tsunami.

Sebagai anak yang tinggal di pedalaman Tolikara, Demira menuturkan, alam sebetulnya sudah menjadi alat early warning untuk beragam bencana. "Di tempat kami, hewan-hewan pasti ribut setiap akan ada bencana," tandasnya. Mulai burung, monyet, kanguru, hingga binatang buas selalu terlihat gusar dan berlarian ketika akan ada bencana alam.

Tiga bocah asal Papua ini, Albertina Boanal, Yohana Helena Oprawiri, dan Demira Yikwa, masih duduk di bangku SD. Tapi, karya mereka tak bisa dianggap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News