Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis

Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis
Handris (2kiri) dan Andri (2kanan), Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi dari Kota Marawi, Mindanao, Filipina tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten, Sabtu (3/5/2017). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA

Saat konflik pecah 23 Mei lalu, kebetulan Handris dan sembilan rekannya sedang berada di Marantao, Lanao del Sur, Filipina. Tepatnya di Masjid Inodaran Jamah, Marantao.

Lokasi itu berjarak sekitar 20 km dari Marawi. Para jemaah tablig yang berasal dari Jawa Barat tersebut baru saja tiba setelah menyelesaikan dakwah di Cebu, Filipina.

Kelompok 10 bertolak ke Filipina pada 11 Mei 2017. Dengan pesawat AirAsia, mereka tiba di Cebu, Filipina, keesokan harinya.

Mereka melakukan tablig di Masjid Abu Bakar selama beberapa hari sebelum bertolak ke Marantao. ”Ini masjid kedua. Kami kan ke Cebu dulu. Lalu ke Marawi dengan menggunakan kapal laut,” ujarnya.

Pria asli Bandung itu mengaku tak tahu-menahu soal konflik yang terjadi. Menurut dia, tiba-tiba terdengar letusan peluru saat mereka berada di dalam masjid.

Karena penasaran, mereka sempat menengok ke luar. Tapi, tak banyak informasi yang didapatkan. Sampai akhirnya ada beberapa warga yang memberikan bantuan.

Kendati begitu, mereka diminta tetap berada di dalam masjid sambil menunggu arahan selanjutnya. Sempat muncul rasa khawatir dan rindu mendalam kepada anak dan istri di rumah.

Tapi, mereka kembali berpasrah kepada Allah. Dua hari menunggu bantuan dimanfaatkan untuk terus memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi jalan terbaik.

Handris, 44, dan Andri Supriyanto, 40, terjebak dalam situasi konflik bersenjata saat berdakwah. Apalagi di negeri orang. Bersama rombongan, keduanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News