Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis

Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis
Handris (2kiri) dan Andri (2kanan), Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi dari Kota Marawi, Mindanao, Filipina tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten, Sabtu (3/5/2017). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA

Dia menjelaskan, para jemaah tablig memang sengaja pergi ke Filipina untuk melaksanakan dakwah. Negara pimpinan Rodrigo Roa Duterte itu bukan satu-satunya yang dituju.

Dakwah juga pernah dilakukan ke Australia, India, Kanada, dan negara-negara lain. Biasanya, daerah yang dituju akan disesuaikan dengan bujet yang dimiliki tiap jamaah.

Mereka berangkat secara berkelompok. Maksimal, satu kelompok terdiri atas 10 orang. Mereka akan berdakwah dengan mengenalkan agama Islam.

Proses khuruj fisabilillah tersebut biasa dilakukan dalam waktu 40 hari hingga 4 bulan. Karena itu, terkait dengan belum tuntasnya khuruj yang dilakukan 16 orang tersebut, Abdullah menyatakan bahwa pihaknya akan merundingkannya lagi untuk mencari solusi yang pas buat mereka.

”Nanti dimusyawarahkan, apakah pindah ke yang aman atau bagaimana,” tuturnya.

Adapun Handris menjelaskan bahwa dirinya telah membeli tiket pulang pada 7 September 2017. Menurut rencana, dia menjalani khuruj selama empat bulan di negeri itu.

”Awal berangkat, kami memang mau silaturahmi. Belajar dari masjid ke masjid,” tandasnya. (*/c11/oki)


Handris, 44, dan Andri Supriyanto, 40, terjebak dalam situasi konflik bersenjata saat berdakwah. Apalagi di negeri orang. Bersama rombongan, keduanya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News