Tim Evakuasi di Tengah Konflik Bersenjata di Marawi, Merinding, Sempat Menangis
”Makanya, mereka mengaku merinding dan deg-degan. Sempat menangis haru saat kembali bertemu karena memang tidak ada kawalan,” ujarnya.
Selain itu, banyak hambatan bagi tim untuk bisa menemukan rombongan. Antara lain, gangguan komunikasi antartim karena jaringan yang buruk.
”Namanya juga daerah konflik. Tidak konflik saja, jaringan telepon di sana susah,” ungkapnya.
Belum lagi banyaknya pos pemeriksaan sepanjang jalur menuju lokasi. Karena itu, tim harus menghabiskan waktu cukup lama untuk melalui satu per satu checkpoint yang ada.
Untung, pemerintah sudah menjalin kerja sama yang baik dengan otoritas setempat. ”Hingga akhirnya kedua tim dan rombongan bertemu dan tiba di Davao,” ujarnya dengan lega.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Abdullah Awang, salah seorang penjemput, mengaku bersyukur karena rekannya bisa kembali dengan selamat.
Meski sejak awal dia mengetahui bahwa seluruh jemaah tablig berada dalam kondisi baik dari komunikasi yang terjalin.
”Alhamdulillah, di sana mereka dibantu masyarakat setempat. Kami percaya, karena kami selalu datang dengan baik, maka akan diterima dengan baik,” paparnya.
Handris, 44, dan Andri Supriyanto, 40, terjebak dalam situasi konflik bersenjata saat berdakwah. Apalagi di negeri orang. Bersama rombongan, keduanya
- 22 Pemain Timnas Indonesia untuk Menghadapi Irak dan Filipina, Ada Kejutan
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Pelatih Filipina Ancam Timnas Indonesia
- 2 Skenario Agar Timnas Indonesia Lulus Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Pelatih Baru Filipina Menebar Ancaman, Timnas Indonesia Wajib Waspada
- Dunia Hari Ini: Dugaan Alasan ISIS Melakukan Aksi Bom Mematikan di Filipina