Tinggal Klik, Keluarlah Hasilnya, Hoaks atau Fakta

”Kami memanfaatkan NLP versi Indonesia yang dikembangkan dosen ITB Bu Ayu Purwarianti. Bu Ayu memang menjadi pembimbing kami,” jelas Tifani.
Mereka juga memperbaiki sumber atau situs referensi yang dipilih. Sebelumnya mereka memasukkan media sosial sebagai sumber.
Selain itu, juri meminta agar dikembangkan pula program pengecekan gambar: hoax atau tidak. ”Sejauh ini gambar yang ada teksnya atau screenshot bisa dikroscek,” imbuh dia.
Babak final yang menentukan pada 6 April akhirnya tiba. Adi, Tifani, dan Fery mesti mempresentasikan karyanya dengan bahasa Inggris di hadapan lima juri dari Microsoft, Badan Ekonomi Kreatif, Bukalapak.com, dan praktisi teknologi lain.
Hasilnya, mereka dinyatakan sebagai juara. Mereka berhak mewakili Indonesia dalam kontes inovasi teknologi informasi tingkat ASEAN di Manila pada 22–27 Juli.
Tifani tidak menyangka timnya bisa sejauh ini. Sebab, secara pribadi dia mesti mengejar wisuda. Artinya, dia harus menyelesaikan tugas akhir secepatnya.
”Apalagi, saya mendapat beasiswa (kuliah lagi, Red) di Jepang. Jadi, saya harus benar-benar bisa membagi waktu kalau tidak ingin semua berantakan,” ujar Tifani.
Sementara itu, Adi dan Fery relatif lebih santai. Mereka bisa berkonsentrasi untuk mengembangkan situs tersebut agar lebih kredibel lagi.
Maraknya berita hobong alias hoaks makin meresahkan masyarakat. Kasus terakhir yang viral di medsos adalah berita bohong mengenai meninggalnya mantan
- Hoaks Le Minerale Terafiliasi Israel, Pakar Menilai Ada Upaya Menjatuhkan Produk Lokal
- Abu Rizal Dihajar, Videonya Viral
- Kemenkes Mengimbau Masyarakat Bersinergi Melawan Hoaks soal Imunisasi
- Detik-Detik Penumpang KA Ciremai Terperosok di Rel Stasiun Semarang Poncol
- Nasib Kepala Rutan Pekanbaru Setelah Viral Video Napi Dugem dalam Sel
- Alumnus Diduga Melecehkan Pasien di Garut, Unpad Buka Suara