Tinggalkan Indonesia karena Kerusuhan '98, Perempuan Tionghoa Ini Menjadi Finalis Penghargaan Australia

Tinggalkan Indonesia karena Kerusuhan '98, Perempuan Tionghoa Ini Menjadi Finalis Penghargaan Australia
Karya digital Rani Pramesti yang menceritakan tentang kerusuhan 1998. (Chinese Whispers)

Bagi Wendy yang sudah lebih dari 10 tahun berkiprah sebagai konsultan multinasional tentang investasi dan operasi di Australia, keberagaman budaya di tempat kerja sangat penting.

"Kita melihat kebudayaan kepemimpinan dalam kebudayaan Barat dalam diri orang yang cenderung lebih asertif," katanya.

"Padahal kepribadian saya lebih tertutup dan tidak asertif."

Walau demikian, identitas diri Wendy ini telah membantu banyak orang di dunia kerjanya yang juga sepertinya.

Ia telah menginspirasi anak muda di dunia profesional, khususnya keturunan Asia, untuk berani menjadi pemimpin di dunia korporat.

Wendy juga aktif menyuarakan pentingnya keberagaman dan kebudayaan inklusif di kantor untuk melawan rasisme di tempat kerja.

"Menurut saya organisasi bisa maju bila di dalamnya ada pemikiran dan perspektif yang beragam, terutama di level pemimpin," katanya.

ABC adalah partner media dari program "40 Under 40" yang diselenggarakan Konferensi Kepemimpinan Asia-Australia 2022. Pemenang penghargaan akan diumumkan di ajang penghargaan pada Selasa, 4 Oktober.


Beberapa warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia pada kerusuhan 1998 di Australia ingin membantu masyarakat yang tergolong minoritas


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News