Tinggalkan Kampung Halaman, Putu Jadi Guru Gamelan
Senin, 04 Februari 2013 – 08:15 WIB
BERBAGI CERITA: Putu Gede Setiawan saat diwawancarai di Tokyo akhir pekan lalu. Foto: Henny Galla/Jawa Pos
Dalam tayangan televisi yang diunggah ke situs berbagi video Youtube itu, jurnalis berkulit putih tersebut bertanya kepada si pria bernama I Putu Gede Setiawan tentang cara membaca dan menjelaskan kalender Bali. Maklum, si jurnalis yang warga Jepang tentu tak mengerti beberapa istilah kalender Bali, seperti Tahun Caka dan Wuku.
Di Negeri Matahari Terbit, eksistensi Putu -panggilan akrabnya- memang cukup diakui. Beberapa kali dirinya diwawancara media Jepang untuk sharing pengalaman dan pengetahuan tentang Indonesia. Ya, setidaknya hampir satu dasawarsa Putu mengabdikan diri sebagai pendidik. Memang dia tak menjadi pengajar dalam pendidikan formal Jepang. Tetapi, dia satu-satunya guru asal Indonesia di pusat pendidikan alat musik tradisional gamelan Bali terbesar di Otonomori, Tokyo, Jepang.
Akhir pekan lalu, di tengah kesibukannya mengajar, dia masih menyempatkan diri untuk bertemu Jawa Pos di sebuah teras kafe kopi di kawasan Shibuya, Tokyo. Putu pun sangat antusias bercerita meski angin dingin di ibu kota Jepang itu menembus sela-sela sweter tebal yang dikenakannya.
Dia memulai ceritanya dengan suasana Pulau Dewata yang mencekam saat tragedi bom Bali pada 2002. Putu kala itu masih bekerja di sebuah hotel di Jalan Legian. Posisinya sebagai manajer di hotel tersebut sudah terbilang tinggi, hingga akhirnya harus rela dilepaskan.
MENGABDI bertahun-tahun di negeri orang sebenarnya bukan pilihan Putu Gede Setiawan. Namun, tragedi di tanah air memicunya untuk merantau jauh dari
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu