Tiongkok Diduga Memanipulasi Angka Kematian Akibat Corona, Nih Indikasinya

Tiongkok Diduga Memanipulasi Angka Kematian Akibat Corona, Nih Indikasinya
Tenaga medis di rumah sakit di Wuhan, China yang memakai perlengkapan khusus saat melayani pasien virus corona. Foto: AFP

jpnn.com, LONDON - Klaim Tiongkok bahwa jumlah warganya yang meninggal akibat virus corona (COVID-19) hanya di kisaran 3.000-an makin diragukan. Sebab, fakta di lapangan mengindikasikan angka yang jauh lebih besar.

Investigasi Daily Mail yang ditayangkan khusus untuk hari Minggu atau Mail on Sunday (MoS) telah menemukan bukti bahwa tempat-tempat krematorium di Wuhan, Tiongkok menyalakan tungku selama 24 jam penuh pada Februari lalu. Wuhan dengan pasar hewannya yang terkenal diyakini sebagai lokasi awal munculnya virus corona.

Warga Wuhan meyakini jumlah sesungguhnya kematian akibat virus corona bisa 40 kali lebih tinggi. Sebab, saat puncak pandemi pada Februari lalu, krematorium di Wuhan membakar puluhan ribu mayat.

Ada dugaan kuat bahwa penguasa Tiongkok memanipulasi statistik tentang jumlah korban jiwa akibat virus corona di Provinsi Hubei. Tujuannya adalah mempercepat pemulihan aktivitas usaha dan Tiongkok memimpin perekonomiian saat negara-negara lain masih terpuruk akibat pandemi.

Negeri Tirai Bambu itu baru saja mengakhiri penguncian atau lockdown atas Wuhan pada Rabu lalu (8/4). Sesaat setelah lockdown di Wuhan dicabut, ada puluhan ribu guci berisi abu hasil kremasi mayat korban COVID-19 yang dikirimkan ke pihak keluarga.

Namun, keluarga korban diperintahkan melakukan upacara pemakaman secara cepat dan diam-diam. Koresponden MoS mengungkapkan, beberapa orang mengatakan jumlah pasti korban jiwa akibat COVID-19 di Tiongkok sepuluh kali lebih besar dari angka rang dirilis pemerintah.

“Yang lainnya malah mengatakan seharusnya dikalikan 40. Mereka mengirimkan 40 ribu guci pemakaman ke Wuhan, sehingga seriap orang tahu bahwa pemerintah berbohong,” ujarnya.

Selain itu, Partai Komunis yang menguasi Tiongkok diduga memanipulasi informasi untuk propaganda. Setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping mengunjungi Wuhan pada 10 Maret lalu, ada pemberitahuan kepada rumah sakit di ibu kota Provinsi Hubei itu untuk memulangkan pasien sebagai bentuk deklarasi kemenangan dalam melawan virus corona.

Rezim komunis yang berkuasa di Tiongkok diduga telah berbohong soal data jumlah warganya yang meninggal dunia akibat pandemi virus corona.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News