Tokoh Muhammadiyah Ini Layak Diteladani, Tak Malu dengan Kulturnya

Tokoh Muhammadiyah Ini Layak Diteladani, Tak Malu dengan Kulturnya
Cendekiawan Muhammadiyah Najib Burhani dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk Keteladanan Ki Bagus Hadikusumo yang ditayangkan oleh akun BKN PDIP di YouTube, Rabu (20/4). Foto: BKN PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo merupakan sosok yang layak diteladani dari sisi keagamaan dan kenegaraaan. Ketua Umum Kelima Muhammadiyah itu memiliki loyalitas tinggi terhadap negara, sehingga tidak pernah mempertentangkan kepentingan bangsa dan agama.

Ki Bagus justru memiliki pandangan ke depan untuk bangsa Indonesia.

“Ki Bagus sosok aktivis keagamaan, bisa menjadi aktivis negarawan yang baik. Beliau tidak mendikotomikan antara kepentingan agama dengan kepentingan kebangsaan," ujar Cendekiawan Muhammadiyah Najib Burhani dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk Keteladanan Ki Bagus Hadikusumo yang ditayangkan oleh akun BKN PDIP di YouTube, Rabu (20/4).

Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, Ki Bagus sangat menghargai keberagaman sekaligus bisa menempatkan diri di mana pun dia berada.

Ki Bagus juga tidak malu dengan identitasnya dan justru mengenalkan kulturnya di konteks nasional dan internasional.

Najib menjelaskan Ki Bagus Hadikusumo memiliki visi menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan beragam. Menurut Najib, keberagaman itu harusnya dibanggakan dan tidak patut dijadikan alasan untuk tidak menjadi bangsa yang maju.

“Jadi, dia tidak melupakan darimana dia berasal, tidak lupa pada akarnya tetapi punya visi bagaimana membangun bangsa ini menjadi tempat hidup bersama dari umat yang beragam. Bangsa ini tempat kita membangun kesepakatan bersama dan tempat kita menunjukkan karya terbaik yang kita miliki,” lanjut Najib.

Selain itu, Najib menceritakan kepribadian Ki Bagus ini memiliki corak kepemimpinan yang unik. Ki Bagus pemimpin organisasi modernis Islam dengan semangat nasionalismenya untuk kemajuan bangsa.

Ki Bagus Hadikusumo sangat menghargai perbedaan dan mudah beradaptasi. Dia juga menolak modernisme keislaman yang memisahkan diri dari kulturnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News