Tolong Bantu Perantau yang Tak Mudik, Jangan Tanya Apa Suku dan Agamanya

Tolong Bantu Perantau yang Tak Mudik, Jangan Tanya Apa Suku dan Agamanya
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama mahasiswa perantauan di Jateng. Foto: Ist

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berharap penanganan kebijakan larangan mudik Ramadan dan Lebaran dilakukan dengan narasi positif.

Ganjar mengatakan penjagaan di jalan-jalan perbatasan mungkin menjadi cara yang bisa ditempuh untuk melaksanakan kebijakan larangan mudik itu.

Namun menurutnya, yang paling penting dilakukan adalah mengedukasi para calon pemudik dan menjamin keberlangsungan hidupnya selama mematuhi aturan itu.

"Sekarang narasinya harus diubah, jangan anggap pemudik itu penjahat. Jangan kita (setelah ada kebijakan larangan mudik) seperti ngejar-ngejar buronan. Yang harus dilakukan setelah Presiden melarang mudik itu adalah mengedukasi mereka, caranya adalah kasih insentif agar mereka aman," tuturnya.

Larangan mudik, lanjut Ganjar, membuat sebagian orang memandang negatif para perantau.

Padahal bagi Ganjar, mereka adalah pahlawan kemanusiaan karena telah mengorbankan dirinya untuk tidak mudik.

"Mereka adalah pahlawan bagi saya. Bagaimana tidak, rasa rindu dikubur dalam-dalam, rasa lapar ditahan dan rekosone diempet (sakitnya ditahan). Ini pengorbanan luar biasa, jadi jangan anggap mereka penjahat yang harus ditangkap," tegasnya.

Meskipun nantinya dilakukan penjagaan di check point tertentu, misalnya jalan nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, jalan provinsi menjadi kewenangan provinsi hingga jalan kabupaten-kota dijaga pemda setempat, tetapi itu hanya salah satu cara kecil.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta pemerintah daerah membantu para perantau yang tidak mudik tanpa dibeda-bedakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News