Top, Eka Pratiwi Meski Tunanetra Tapi Jadi Sarjana dan Cum Laude Pula

Top, Eka Pratiwi Meski Tunanetra Tapi Jadi Sarjana dan Cum Laude Pula
PANTANG MENYERAH: Eka Pratiwi Taufanti bersama Rektor Udinus Edi Noer Sasongko (paling kiri), dosen, dan Muhammad Taufik Hidayat, ayahnya. Foto: Abdul Mughis/Jawa Pos Radar Semarang

”Saya mempresentasikan di sana. Gagasannya simpel banget sih, cuma bagaimana memanfaatkan teknologi menggunakan aplikasi di android. Tujuannya, sebagai peningkatan kemampuan bahasa Inggris bagi tunanetra secara efektif,” terangnya.

Ketekunannya tidak sia-sia. Kurun waktu empat tahun atau delapan semester, Eka mampu menyelesaikan studinya. Bahkan ia berhasil menyandang predikat cumlaude dengan meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,74.

Ia menjadi salah satu di antara 14 wisudawan terbaik, dari total 741 wisudawan. ”Saya nggak nyangka bisa terpilih menjadi salah satu wisudawan terbaik,” ujar wanita yang bercita-cita menjadi dosen ini.

Dia mengaku telah ditawari oleh Rektor Universitas Dian Nuswantoro, Dr Ir Edi Noer Sasongko, MKom, untuk menjadi dosen. Namun demikian, setelah wisuda S1, ia hendak melanjutkan ke jenjang S2 terlebih dahulu.

”Dulu saya bercita-cita menjadi guru. Sempat pesimistis. Namun setelah mendapat support dari banyak orang, saya semakin terpompa untuk lebih bersemangat. Apalagi Udinus menawarkan kesempatan untuk itu,” katanya. (*/aro/ce1/jpg/ara/jpnn)

 


Terlahir sebagai penyandang tunanetra tak membuat Eka Pratiwi Taufanti pasrah pada keadaan yang ada. Ia justru memiliki tekad kuat untuk bisa menimba


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News