Tragedi Kanjuruhan dan Runtuhnya Gerakan Restorasi

Oleh Yogen Sogen

Tragedi Kanjuruhan dan Runtuhnya Gerakan Restorasi
Yogen Sogen, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Pemerintahan. Foto: Dokumentasi pribadi

Sikap dan prinsip NasDem yang mendeklarasikan Anies Capres 2024 saat bangsa Indonesia sedang berduka meratapi ratusan nyawa yang hilang di tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam menggambarkan secara tegas bahwa NasDem dan Anies menolak simpati terhadap nyawa anak bangsa.

Wajah NasDem dan Anies sama sekali luntur dari kemanusiaan dan solidaritas sesama warga bangsa.

Pernyataan Edmun Burke, bahwa partai politik bertujuan memperjuangkan kepentingan nasional tampak suram. Kehendak elite oligarki lagi-lagi bersukacita memproklamirkan imajinasi kekuasaan saat para ibu meratapi tubuh anaknya yang kaku di pintu rumah atau seorang anak yang secara tiba-tiba menjadi yatim piatu atas peristiwa satu Oktober dua ribu dua puluh dua yang begitu perih dengan air mata yang belum mengering.

Lantas, apakah NasDem dan Anies merasa kehilangan? Dalam teori klasik Aristoteles menjelaskan, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Secara tersirat, Aristoteles mau menarik setiap pribadi yang bergabung di partai politik baik di tataran para elite maupun struktural untuk memiliki kewajiban dalam memperjuangkan bonum commune.

Butuh Restorasi Etis Bukan Restorasi Oligarki

Memperjuangkan bonum commune adalah gambaran realitas politik saat ini. Setiap partai berlomba-lomba mendulang suara dari pengabdian atas kebaikan dan menciptakan kebersamaan.

Maka, untuk menilai sikap batin maupun perbuatan lahir dibutuhkan suatu alat, yakni ukuran moral.

Sikap NasDem yang mendeklarasikan Anies Capres 2024 saat bangsa Indonesia berduka terkait tragedi Kanjuruhan menggambarkan secara tegas tidak ada rasa simpati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News